Jakarta, FORTUNE – Presiden Joko Widodo (Jokowi), mengatakan pemerintah menjamin ketercukupan pangan dalam negeri di tengah ancaman krisis dunia. Salah satun caranya, dengan peningkatan produksi pertanian melalui pemanfaatan varietas-varietas unggul padi, intensifikasi, maupun ekstensifikasi.
Jokowi mengatakan, peningkatan produksi di Indonesia menunjukkan bahwa negara memiliki sistem ketahanan pangan yang baik, bahkan sudah swasembada pangan.
"Tahun 2019 kita bisa memproduksi beras 31,3 juta ton, 2020 tetap sama 31,3 juta ton, tahun 2021 juga masih tetap 31,3 juta ton,” ujarnya saat menerima penghargaan dari Institut Penelitian Padi Internasional (IRRI), Minggu (14/8).
Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat stok beras di lapangan hingga akhir April 2022 mencapai jumlah tertinggi, yaitu 10,2 juta ton. “Kalau ditanya barangnya ada di mana? Ada di masyarakat, di petani, di restoran-restoran, juga di Bulog, plus beberapa di industri-industri pangan,” katanya.
Tersedianya infrastruktur pertanian
Jokowi mengatakan, peningkatan produksi ini juga tak lepas dari tersedianya berbagai infrastruktur pertanian yang telah dibangun sejak 2015. Adapun infrastruktur tersebut antara lain bendungan, embung, dan jaringan irigasi.
“Sampai hari ini telah diresmikan 29 bendungan besar dan tahun ini akan selesai lagi, totalnya 38 bendungan. Dan sampai tahun 2024 akan kita selesaikan kurang lebih 61 bendungan, plus 4.500 embung, dan 1,1 juta jaringan irigasi, yang telah kita bangun selama 7 tahun ini,” ucap Presiden.
Peluang ekspor dan diversifikasi pangan
Seiring dengan peningkatan produksi, masyarakat juga perlu menyadari adanya peluang ekspor pangan. Hal ini juga harus dibarengi dengan diversifikasi pangan, agar tidak terus bergantung pada satu jenis bahan pangan saja.
“Telah kita mulai kemarin di Waingapu sorgum, di NTT sorgum. Kemudian di beberapa provinsi jagung juga besar-besaran, yang dulu tujuh tahun yang lalu kita harus impor 3,5 juta ton jagung, hari ini kita hanya impor kira-kira 800 ribu (ton). Ini sebuah lompatan yang sangat besar sekali,” ujar Jokowi.
Dengan diversifikais pangan, dia berharap tidak akan ada lagi impor jagung dalam dua sampai tiga tahun mendatang. Sebelumnya, beras sudah tidak impor selama tiga tahun ke belakang.
“Di tengah ancaman krisis pangan di tingkat global, sekali lagi pemerintah berkomitmen untuk terus meningkatkan produksi, menjamin ketercukupan pangan di dalam negeri, dan sekaligus memberikan kontribusi bagi kecukupan pangan dunia,” katanya.
Penghargaan dari IRRI
IRRI memberikan Penghargaan Sistem Pertanian-Pangan Tangguh dan Swasembada Beras Tahun 2019-2021 melalui Penggunaan Teknologi Inovasi Padi kepada Pemerintah Republik Indonesia.
Direktur Jenderal IRRI, Jean Balie, mengatakan terus mendukung program ketahanan pangan, terutama beras di Indonesia. “Kita juga harus bekerja untuk diversifikasi pertanian yang lebih banyak dan pemberian makanan yang terjangkau untuk semua. Kita juga harus mengatasi tantangan perubahan iklim bersama-sama,” katanya saat menyerahkan penghargaan.
Menurutnya, IRRI memiliki sejumlah inovasi yang dapat dimanfaatkan dan dibagi dengan para petani dan pemangku kepentingan lainnya. “kami memiliki kapasitas dalam perumusan kebijakan yang kami susun guna menciptakan lingkungan yang mendukung untuk adopsi inovasi ini, dan kami juga memiliki pengetahuan yang dapat kami sebarkan,” ujarnya.