Jakarta, FORTUNE – Ekpor produk UMKM Indonesia kalah saing dengan negara tetangga, seperti Singapura dan Thailand. Presiden Joko Widodo (Jokowi) menilai, saat ini produk-produk UMKM sudah banyak yang memiliki kualitas baik, karena dikurasi dengan benar, sehingga sudah sangat layak untuk merambah pasar ekspor.
Hal ini termasuk bagaimana cara para pelaku UMKM melakukan branding di hadapan para buyers atau pembeli. Oleh sebab itu, situasi yang lebih tertata dan kurasi produk yang baik, membuat UMKM pantas naik kelas.
“UMKM kita harus terus naik kelas, harus go digital, harus go international, dan menguasai, harus menguasai pasar lokal yang kita miliki, karena pasar kita besar sekali. Tetapi juga tidak melupakan yang namanya pasar ekspor dan pasar global,” katanya saat membuka UMKM Expo(rt) Brilianpreneur, Kamis (7/12) di Jakarta Hall Convention Center.
Ia mengungkapkan, saaat ini produk UMKM baru 15,7 persen yang masuk ke pasar ekspor. Angka ini masih di bawah Singapura yang mencapai 41 persen atau yang mencapai Thailand 29 persen. “Ini yang menjadi pekerjaan besar kita,” ujarnya.
Pembiayaan harus dipermudah
Salah satu startegi meningkatkan daya saing produk UMKM ialah melalui pembiayaan Perbankan. Presiden Jokowi meminta sektor perbankan untuk mempermudah pembiayaan bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), mengingat sektor ini mendukung Pendapatan Domestik Bruto (PDB) ekonomi Indonesia hingga 61 persen.
“Kredit perbankan ke UMKM ini baru 21 persen (dari total kredit yang ada). Di Cina itu 65 persen gede banget, di Jepang 65 persen, di India 50 persen. Saya kira Pak Menteri BUMN mungkin juga nanti dengan BI dan OJK, ini regulasinya yang harus diperbaiki,” ujar Jokowi.
Presiden juga menyinggung bahwa sejauh ini, pembiayaan paling besar kepada UMKM masih dimiliki oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI) “Hampir semuanya dipegang oleh BRI, bank yang lain tidak diberi peluang,” katanya.
Perbaikan
Jokowi mengatakan, dibutuhkan pembenahan regulasi terkait sistem penjaminan UMKM. “Tidak semua UMKM kita itu memiliki aset agunan, memiliki kolateral, sehingga prospek itu juga harus dilihat. Jangan hanya melihat agunannya mana, agunannya mana, dilihat juga dong prospeknya. Enggak punya agunan tapi prospeknya bagus, mestinya juga bisa diberikan kredit,” katanya.
Selain itu, para pelaku UMKM juga harus melihat permintaan pasar dan selera yang tengah berkembang di masyarakat. “Urusan warna, urusan desain, urusan packaging, selalu harus diperbaiki. Setiap tahun harus selalu diperbaiki, agar produk-produk kita tetap up to date dan mampu memenuhi selera pasar yang ada,” ujarnya.