Jakarta, FORTUNE – Kebutuhan terbesar akan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terapung di Cirata yang baru saja diresmikan, kebanyakan datang dari sektor industri.
“Karena semua ingin mendapatkan produk-produk premium dari green energy,” ujar Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat meresmikan PLTS Terapung Cirata, Kamis (9/11).
PLTS terapung ini memiliki kapasitas 192 megawatt peak (MWp).
Meski begitu, pada tahap awal, untuk sementara waktu listrik dari PLTS Cirata akan mengaliri berbagai kebutuhan di sekitar Waduk Cirata, baik dari sisi industri maupun rumah tangga.
Ke depan, Indonesia masih memiliki pembangkit listrik ramah lingkungan lain yang akan dibangun, namun semua masih dalam tahap studi, jadi belum bisa diumumkan. “Kita harapkan akan semakin banyak energi baru terbarukan yang dibangun di negara kita Indonesia, baik itu tenaga surya, hydropower, kemudian geotermal, kemudian tenaga angin,” katanya.
Seperti diketahui, PLTS Terapung di Cirata atau Floating Solar Photovoltaic ini dibangun di area seluas 200 hektare di Purwakarta, dan menjadi PLTS Terapung terbesar di Indonesia dan nomor tiga di dunia. Proyek ini dikerjakan pemerintah Indonesia bersama PT PLN (Persero) melalui subholding PLN Nusantara Power dan perusahaan asal Uni Emirat Arab (UEA), Masdar.
Selama pengerjaan kurang lebih tiga tahun, proyek ini sudah menghabiskan dana sekitar Rp1,7 triliun.
Menguatkan bauran EBT
PLTS Terapung Cirata akan menambah kapasitas 1.000 MW yang sebelumnya berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). “Ke depan, kalau dimaksimalkan bisa menambah kurang lebih 1.000 MWP. Jadi, nanti tenaga airnya bisa untuk energi hijau juga,” kata Jokowi.
Menurutnya, pada 2024 Indonesia memiliki target 23 persen bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) yang harus dipenuhi. Hal ini tidak mudah karena banyaknya tantangan yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir. “Kemarin ada Covid-19 sehingga mengejar angka itu. Tetapi komitmen kita tetap bahwa kita akan terus mengejar target yang sudah kita berikan,” ujar Jokowi.
PLTS ini terdiri dari 13 arrays (pulau) dengan lebih dari 340 ribu panel surya yang dapat menghasilkan listrik untuk disalurkan ke lebih dari 50 ribu rumah. Ribuan tenaga kerja dan UMKM lokal pun ikut menjadi bagian dari pembangunan proyek.
Kerja sama dengan UEA
Sementara itu, Menteri Perdagangan Luar Negeri Uni Emirat Arab (UEA), Thani bin Ahmed Al Zeyoudi, mengatakan peresmian PLTS Terapung Cirata merupakan hasil konkret kerja sama antara Indonesia dan UEA. Hal ini menegaskan komitmen Indonesia dan UEA dalam transisi energi serta membuka berbagai potensi pengembangan energi hijau lainnya di Indonesia, hingga mencapi target emisi nol bersih pada 2060.
"Ini juga menjadi visi penting bagi UEA, kami berkomitmen untuk terus mengembangkan teknologi ramah lingkungan. PLTS Terapung Cirata menjadi bukti kuatnya kerja sama ekonomi dan hubungan bilateral Indonesia dan UEA," tegas Thani bin Ahmed Al Zeyoudi.
PLTS Terapung Cirata, menurutnya merupakan bentuk terciptanya kerja sama investasi yang baik antar dua negara. Proyek energi bersih ini menjadi terobosan bagi pendorong ekonomi baru di sektor logistik, pariwisata, manufaktur bahkan sektor pertanian dan ekonomi halal antar dua negara. “Langkah strategis ini menjadi peran utama dalam mendorong target NZE," ujarnya.
Proyek Strategis Nasional
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menyampaikan PLTS Terapung Cirata merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN) yang memasok energi bersih untuk sistem kelistrikan wilayah Jawa-Bali. Selain itu, dengan kapasitas yang masih bisa terus dikembangkan PLTS Terapung Cirata tlakan membantu masyarakat mendapatkan pasokan listrik yang lebih hijau.
Dari sisi tarif, ia mengeklaim PLTS Terapung Cirata sangat kompetitif dan akan meningkatkan kemandirian melalui pemanfaatan energi dari sumber daya alam lokal. “Kita punya misi bersama untuk menyelamatkan bumi, tetapi di sisi lain juga tetap menjaga pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan pekerjaan, dan menyejahterakan masyarakat,” ujarnya.
Proyek ini juga akan membuka kesempatan kepada masyarakat yang ingin berpartisipasi dalam pengembangan energi hijau baik melalui Renewable Energy Certificate (REC) PLN maupun perdagangan karbon.