Jakarta, FORTUNE – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan bahwa Indonesia akan membawa pesan kolaborasi global dalam Pendanaan Iklim, dalam forum World Climate Action Summit COP28.
Menurutnya, harapan dunia terhadap COP28 ini sangat besar agar ada aksi global nyata untuk pembatasan kenaikan suhu di dunia. "Komitmen nyata harus diperkuat khususnya komitmen negara-negara maju untuk pendanaan iklim, utamanya dalam rangka mencapai target net zero emission,” ujar Jokowi seperti dikutip dari laman resmi Setkab, Jumat (1/12).
Presiden juga akan menyampaikan pengalaman Indonesia dalam hal pendanaan iklim, serta pentingnya transisi yang inklusif untuk menjamin keberlanjutan pembangunan, dan kesejahteraan masyarakat di negara-negara berkembang.
Tangkis keraguan Eropa
Dalam pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri Norwegia, Jonas Gahr Støre, Presiden Jokowi menyayangkan keraguan beberapa pihak di Eropa terhadap komitmen Indonesia dalam pelestarian hutan dan lingkungan hidup. Namun, ia kepada Norwegia, dia memiliki harapan berbeda.
“Saya berharap Norwegia dapat memberikan pandangan yang berimbang, khususnya terkait Peraturan Deforestasi Uni Eropa yang bersifat diskriminatif dan berdampak besar terhadap 16 juta orang yang sebagian besar adalah petani kecil,” katanya.
Jokowi juga mendorong Norwegia dalam realisasi komitmen JETP (Just Energy Transition Partnership), khususnya yang berkenaan dengan investasi. Selain itu, ia juga berharap dukungan Norwegia dalam pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN). “Pengalaman Norwegia dalam mengembangkan Oslo sudah terkenal secara global dan ini akan sangat berharga bagi perkembangan IKN,” ujarnya.
Jokowi mengatakan bahwa kerja sama dengan Norwegia, khususnya terkait isu oerubahan iklim harus dikembangkan secara lebih iklusif, kolaboratif, dan bisa diimplementasikan dengan baik.
Sementara itu, Jonas Gahr, menyampaikan apresiasinya pada kemampuan Indonesia dalam mengelola berbagai upaya untuk mengurangi dampak perubahan iklim di dalam negeri.
Aksi prioritas
Sebelumnya, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya, menyebut bahwa dalam satu dekade terakhir, Indonesia berperan penting dalam mendukung negosiasi substantial dalam COP UNFCC (Conference of The Parties United Nations Framework Convention on Climate Change).
“Prioritas kita adalah menyoroti hasil-hasil utama dari aksi-aksi iklim yang kita lakukan,” ujarnya.
Sejumlah langkah dan kebijakan monumental pun diluncurkan, seperti Rencana Operasional Forest and Other Land Uses (FOLU) Net Sink 2030, sebagai panduang untuk aksi iklim praktis di Indonesia.
Dengan dasar ini, deforestrasi yang dikurangi di Indonesia lebih banyak daripada negara lain, sebagai upaya memastikan sektor FOLU berkontribusi pada pengurangan emisi Indonesia hingga 60 persen.