Kemenkes Masih Evaluasi Dugaan Hepatitis Akut Pada Pasien Meninggal

Adenovirus diduga masih jadi penyebab utamanya.

Kemenkes Masih Evaluasi Dugaan Hepatitis Akut Pada Pasien Meninggal
Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Siti Nadia Tarmizi. (dok. FKUI)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Siti Nadia Tarmizi, mengatakan bahwa saat ini terdapat 15 kasus dugaan hepatitis akut, dengan 5 pasien yang dilaporkan meninggal dunia. Kemenkes masih mengevaluasi, baik dari gejala maupun hasil laboratorium.

“Belum bisa ditentukan apakah (sebab) kematian karena hepatitis akut, karena masih ada pemeriksaan laboratorium yang perlu kami lakukan,” ujar Siti Nadia saat dihubungi Fortune Indonesia, Rabu (11/5). “Yang pasti, empat kasus sudah pending klasifikasi dan satu kasus masih dalam pemeriksaan.”

Sementara itu, sebanyak 11 kasus lainnya masih dikategorikan sebagai suspek kasus hepatitis akut berat. Status ini diberikan dikarenakan masih belum ada hasil pemeriksaan laboratorium. Namun demikian, pemerintah terus mewaspadai penyebaran penyakit ini, dengan meningkatkan pengawasan dan pendalaman setiap kasus yang terjadi. Terlebih, pasien penderita penyakit ini berada di rentang usia 1-16 tahun.

RSPI Sulianti Saroso menjadi rujukan dengan fasilitas memadai

Ilustrasi Hepatitis Test/Shutterstock Beast01

Kemenkes menjadikan Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Jakarta, sebagai fasilitas rujukan bagi pasien yang menunjukkan gejala hepatitis akut misterius ini. Selain itu, Laboratorium Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dipersiapkan sebagai rujukan pemeriksaan spesimen hepatitis akut. 

Siti Nadia mengatakan, investigasi ini sangat penting guna mengetahui penyebab infeksi hepatitis akut berat. Pasalnya, penyakit ini disinyalir bukan berasal dari virus hepatitis yang selama ini diketahui, seperti hepatitis A, B, C, D, maupun E. Dugaan awal, haptitis akut ini disebabkan oleh infeksi adenovirus serotype 41 yakni adenovirus yang biasanya menyebabkan muntaber.

“Oleh karena itu, rujukannya adalah RS Sulianti Saroso, karena merupakan rumah sakit pusat infeksi dan memiliki prasarana yang memadai,” katanya kepada Fortune Indonesia.

Adenovirus masih jadi hipotesis utama penyebab hepatitis akut

Ilustrasi hepatitis yang menyerang hati. (Pixabay/mohammed hassan)

Melansir Channel News Asia, pada Rabu (11/5), Organisasi Kehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa sampai saat ini, hipotesis utama jenis penyakit hepatitis misterius ini berkaitan dengan Adenovirus–yang juga menyebabkan diare.

Seperti diketahui, kasus misterius ini pertama kali muncul di Skotlandia pada 5 April 2022, melalui 10 kasus hepatitis yang tak dapat dijelaskan dan terjadi pada anak-anak di bawah usia 10 tahun. Kini, kasus telah dilaporkan terjadi di 20 negara, dengan 70 kasus tambahan dari 13 negara lainnya yang menunggu klasifikasi karena tes menunggu penyelesaian.

Hanya enam negara yang melaporkan lebih dari lima kasus, dan lebih dari 160 dilaporkan terjadi di Inggris.

Sementara, 3 kasus pertama di Indonesia dilaporkan pada 27 April, beberapa hari setelah WHO menyampaikan adanya kejadian luar biasa atau outbreak penyakit ini di Eropa. Laporan ini pun ditindaklanjuti dengan Surat Edaran (SE) Kemenkes tentang Kewaspadaan terhadap Penemuan Kasus Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya (Acute Hepatitis of Unknown Aetiology)

Menkes minta masyarakat utamakan pencegahan

Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin. (dok. Setkab)

Pada konferensi pers usai Sidang Kabinet Paripurna, Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin, meminta masyarakat meningkatkan kewaspadaan dan mengutamakan pencegahan tertular virus hepatitis misterius ini, salah satunya dengan menjaga kebersihan diri.

“Virus ini menularnya lewat asupan makanan yang lewat mulut, jadi kalau bisa rajin cuci tangan saja supaya kita pastikan yang masuk ke anak-anak kita, itu bersih. Kan ini menyerang banyak di bawah 16 tahun lebih banyak lagi di bawah 5 tahun,“ ujar Menteri Budi Gunadi.

Imbauan segera ke fasilitas kesehatan

Ilustrasi penerapan protokol kesehatan pada anak. (Pixabay/huunghidt)

Menkes sempat menyampaikan bahwa umumnya gejala awal penyakit hepatitis akut adalah mual, muntah, sakit perut, diare, kadang disertai demam ringan. Selanjutnya, gejala akan semakin berat seperti air kencing berwarna pekat seperti teh, dan buang air besar berwarna putih pucat.

“Kalau dia buang air besar dan kemudian mulai ada demam nah itu dicek SGPT- SGOT-nya. Kalau sudah di atas 100, lebih baik dirujuk ke fasilitas kesehatan terdekat. SGPT-SGOT normalnya di level 30-an, kalau sudah naik agak tinggi sebaiknya dirujuk ke fasilitas kesehatan terdekat,” ujar Budi Gunadi.

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

Most Popular

Mega Insurance dan MSIG Indonesia Kolaborasi Luncurkan M-Assist
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 22 November 2024
Booming Chip Dorong Pertumbuhan Ekonomi Singapura
Pimpinan G20 Sepakat Kerja Sama Pajaki Kelompok Super Kaya
Dorong Bisnis, Starbucks Jajaki Kemitraan Strategis di Cina