Jakarta, FORTUNE – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memproyeksikan pertumbuhan Ekonomi Indonesia masih di atas 5 persen di kuartal III 2024. Proyeksi ini didasari pada maish berlanjutnya tren surplus neraca perdagangan.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu, Febrio Kacaribu, mengungkapkan bahwa hingga September 2024, neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus US$3,26 miliar atau sekitar Rp50,62 triliun (kurs Rp15.528,84 per US$).
“Konsistensi tren surplus ini merupakan kabar yang baik, membuktikan daya tahan ekonomi kita di tengah stagnasi ekonomi global,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa (15/10).
Di tengah berbagai tantangan global, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia pada September 2024 mencapai US$22,08 miliar dengan total dari periode Januari-September 2024 mencapai US$192,85 miliar. Sedangkan, nilai impor Indonesia per September 2024 sebesar US$18,82 miliar dengan capaian kumulatif Januari-September 2024 US$170,87 miliar.
Tren surplus ini, sudah terjadi 53 bulan secara berturut-turut sejak Mei 2020. Dengan begitu, secara akumulasi surplus perdagangan tercatat sebesar US$21,98 miliar atau Rp341,26 triliun. “Mencerminkan ekonomi kita (Indonesia) yang berorientasi pada penciptaan nilai tambah menunjukkan hasil positif,” katanya.
Tekanan
Meski demikian, Febrio mengakui bahwa kinerja ekspor dan impor Indonesia masih berjalan di tengah tekanan Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur global yang masih terkontraksi 48,8 poin pada September 2024. Aktivitas ekspor Indonesia masih ditopang oleh peningkatan ekspor nonmigas hingga 8,13 persen secara tahunan (YoY). Sementara, ekspor sektor migas mengalami penurunan.
Adapun, kontributor utama yang mendorong peningkatan ekspor nonmigas, antara lain adalah besi dan baja, bahan bakar mineral, nikel dan barang daripadanya, serta logam mulia dan perhiasan atau permata. Secara sektoral, pertumbuhan terbesar ada pada sektor pertanian 38,76 persen YoY, diikuti sektor pertambangan dan lainnya 9,03 persen YoY, dan juga sektor industri pengolahan 7,11 persen YoY.
“Pemerintah akan terus memantau dampak perlambatan global terhadap ekspor nasional, serta menyiapkan langkah-langkah antisipasi melalui dorongan terhadap keberlanjutan hilirisasi sumber daya alam, peningkatan daya saing produk ekspor nasional, serta diversifikasi mitra dagang utama,” ujar Febrio.