Kemenkeu Optimistis Ekonomi RI Tumbuh di Atas 5% di Kuartal III 2024

Neraca perdagangan Indonesia surplus 53 bulan berturutan.

Kemenkeu Optimistis Ekonomi RI Tumbuh di Atas 5% di Kuartal III 2024
Aktivitas ekspor Indonesia (setkab.go.id)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memproyeksikan pertumbuhan Ekonomi Indonesia masih di atas 5 persen di kuartal III 2024. Proyeksi ini didasari pada maish berlanjutnya tren surplus neraca perdagangan.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu, Febrio Kacaribu, mengungkapkan bahwa hingga September 2024, neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus US$3,26 miliar atau sekitar Rp50,62 triliun (kurs Rp15.528,84 per US$).

“Konsistensi tren surplus ini merupakan kabar yang baik, membuktikan daya tahan ekonomi kita di tengah stagnasi ekonomi global,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa (15/10).

Di tengah berbagai tantangan global, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia pada September 2024 mencapai US$22,08 miliar dengan total dari periode Januari-September 2024 mencapai US$192,85 miliar. Sedangkan, nilai impor Indonesia per September 2024 sebesar US$18,82 miliar dengan capaian kumulatif Januari-September 2024 US$170,87 miliar.

Tren surplus ini, sudah terjadi 53 bulan secara berturut-turut sejak Mei 2020. Dengan begitu, secara akumulasi surplus perdagangan tercatat sebesar US$21,98 miliar atau Rp341,26 triliun. “Mencerminkan ekonomi kita (Indonesia) yang berorientasi pada penciptaan nilai tambah menunjukkan hasil positif,” katanya.

Tekanan

Kepala BKF Febrio Nathan Kacaribu. (Dok. Kemenkeu)

Meski demikian, Febrio mengakui bahwa kinerja ekspor dan impor Indonesia masih berjalan di tengah tekanan Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur global yang masih terkontraksi 48,8 poin pada September 2024. Aktivitas ekspor Indonesia masih ditopang oleh peningkatan ekspor nonmigas hingga 8,13 persen secara tahunan (YoY). Sementara, ekspor sektor migas mengalami penurunan.

Adapun, kontributor utama yang mendorong peningkatan ekspor nonmigas, antara lain adalah besi dan baja, bahan bakar mineral, nikel dan barang daripadanya, serta logam mulia dan perhiasan atau permata. Secara sektoral, pertumbuhan terbesar ada pada sektor pertanian 38,76 persen YoY, diikuti sektor pertambangan dan lainnya 9,03 persen YoY, dan juga sektor industri pengolahan 7,11 persen YoY.

“Pemerintah akan terus memantau dampak perlambatan global terhadap ekspor nasional, serta menyiapkan langkah-langkah antisipasi melalui dorongan terhadap keberlanjutan hilirisasi sumber daya alam, peningkatan daya saing produk ekspor nasional, serta diversifikasi mitra dagang utama,” ujar Febrio.

Related Topics

KemenkeuEkonomi

Magazine

SEE MORE>
Investor's Guide 2025
Edisi Januari 2025
Change the World 2024
Edisi Desember 2024
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024

IDN Channels

Most Popular

WTO Buktikan Uni Eropa Diskriminasi Minyak Sawit Indonesia
Daftar 10 Saham Blue Chip 2025 Terbaru
Selain Bukalapak, Ini 7 e-Commerce yang Tutup di Indonesia
Israel Serang Gaza Usai Sepakat Gencatan Senjata, 101 Warga Tewas
Suspensi Saham RATU Resmi Dicabut, Jadi Top Gainers
Mengapa Nilai Tukar Rupiah Bisa Naik dan Turun? Ini Penyebabnya