Jakarta, FORTUNE – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) memperkirakan momentum mudik dan libur Lebaran 2024 mampu mendongkrak Ekonomi Nasional hingga 5 persen pada kuartal I dan II tahun ini.
Deputi Bidang Kajian Strategis Kemenparekraf, Dessy Ruhati, mengatakan hasil kajian Kemenparekraf menunjukkan bahwa prediksi pertumbuhan ekonomi saat Lebaran 2024 ini dipengaruhi oleh sejumlah faktor, seperti peningkatan konsumsi masyarakat.
“Terutama dipengaruhi peningkatan kebutuhan uang tunai 4,65 persen, kemudian pemerintah juga sudah menggelontorkan Bantuan Sosial (bansos) hingga Juni 2024, dan adanya kebijakan pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) 100 persen kepada Aparatur Sipil Negara (ASN),” kata Dessy dalam Weekly Brief Kemenparekraf, Senin (1/4).
Selain itu, pergerakan masyarakat untuk berwisata di momen Lebaran 2024 juga berpotensi meningkatkan perputaran uang, seiring libur cuti bersama yang lebih panjang dari tahun 2023 dan kebijakan izin pengambilan cuti tahunan bagi ASN.
Wisatawan nusantara (wisnus) diproyeksikan akan memenuhi sejumlah destinasi wisata, seperti destinasi alam, pusat kuliner, taman rekreasi, hingga pusat perbelanjaan.
Pergerakan dan perputaran ekonomi
Sebelumnya, Kemenparekraf memproyeksikan pergerakan wisnus di Lebaran 2024 akan mencapai 193,6 juta orang, atau meningkat dari pergerakan tahun lalu yang mencapai 123,8 juta orang. “Potensi perputaran ekonomi sektor parekraf ini sendiri adalah mencapai Rp276,11 triliun,” katanya.
Adapun tiga destinasi yang mencatat pergerakan wisnus selama Lebaran 2024 di antaranya Jawa Tengah, jawa Timur, dan Jawa Barat.
Sementara, tiga daerah asal tujuan pemudik yang terbanyak adalah Jawa Timur, Jabodetabek, dan Jawa Tengah. “Dengan menggunakan empat moda transportasi yang dipilih, yakni kereta api, bus, mobil pribadi, dan juga sepeda motor,” ujar Dessy.
Peningkatan okupansi hotel
Sementara itu, Deputi Bidang Industri dan Investasi Kemenparekraf, Rizky Handayani, mengungkapkan bahwa tingkat okupansi hotel di momen Lebaran 2024 ditaksir meningkat hingga 10 persen. Adapun, puncak okupansi diperkirakan akan terjadi pada hari kedua setelah Lebaran.
Peningkatan ini terjadi karena adanya lonjakan pergerakan masyarakat, dan upaya para pemilik usaha akomodasi untuk melakukan improvisasi pada bisnisnya. “Penyedia akomodasi meningkatkan dan memperbaiki fasilitas, serta menyiapkan paket diskon demi memberi pengalaman menginap terbaik pada tamu. Ini sangat menggairahkan baik calon wisatawan maupun industri itu sendiri,” ujarnya.