Jakarta, FORTUNE – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) meluncurkan Biomedical & Genome Science Initiative (BGSi). Cara ini diharapkan mampu mengoptimalkan ketepatan sistem pengobatan atas penyakit-penyakit yang kemungkinan berkembang dan diderita masyarakat di masa mendatang.
Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin, mengatakan BGSi mengandalkan teknologi pengumpulan informasi genetik (genom) dari manusia maupun patogen seperti virus dan bakteri atau biasa disebut Whole Genome Sequencing (WGS). Sebelumnya teknologi ini mulai dikembangkan dan dimanfaatkan dalam penanggulangan pandemi Covid-19.
“Teknologi ini sangat penting untuk kesehatan masyarakat ke depan. Melalui bioteknologi genome sequensing ini, kemampuan kita untuk mengidentifikasi sumber penyakit dan mengobatinya akan sangat pasti dan personal,” ujar Menkes Budi, salam keterangan yang dikutip dari laman Kemenkes, Senin (15/8).
Pengembangan metode WGS melalui BGSi
Metode WGS akan dimanfaatkan untuk penelitian pengembangan pengobatan pada enam kategori penyakit utama lainnya, yaitu kanker, penyakit menular, penyakit otak dan neurodegeneratif, penyakit metabolik, gangguan genetik, dan penuaan.
“Bagusnya kita tahu secara pasti diagnosis dan treatmennya. Contohnya sakit batuk, walaupun gejalanya sama namun di setiap orang sakitnya bisa berbeda-beda. Dengan adanya BGSi ini, kita bisa identifikasi lebih cepat sakitnya apa, sehingga bisa segera kita obati,” kata Menkes.
Dalam implementasinya, kata Budi, BGSi akan dilaksanakan di tujuh rumah sakit vertikal yaitu RSUPN RSCM, RS Pusat Otak Nasional (RS PON), RSPI Sulianto Saroso, RSUP Persahabatan, RS Kanker Dharmais, RSUP Sardjito, dan RS Prof I.G.N.G. Ngoerah.
Target ke depan
Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan kebudayaan, Muhadjir Effendi, berharap inisiatif di sektor kesehatan ini akan mempercepat indeks pembangunan manusia di Indonesia.
Dalam dua tahun ke depan, ditargetkan ada 10.000 genome sequences manusia yang terkumpul dan diteliti guna pemetaan varian data genome dari populasi penduduk Indonesia yang memiliki penyakit prioritas yang telah ditentukan sebelumnya.
Sementara, saat ini baru terdapat 12 mesin WGS di Indonesia untuk mendukung beroperasinya BGSi. Namun, Kemenkes akan menambah 48 mesin lagi yang akan disebar di berbagai rumah sakit rujukan nasional yang terlibat dalam BGSi, termasuk kelengkapan mesin-mesin sequencing high throughput yang mampu memproses ratusan sampel genom manusia per minggu.
Hasil kerja sama dan investasi
Sedangkan, Menteri Koordinator Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan, mendorong agar inisiatif baik ini terus ditingkatkan dan diperluas lagi. “Ini merupakan hasil kunjungan kita ke Tiongkok 7 bulan lalu hasil kerjasama dengan Beijing Genomic Institute, dan hari ini sudah mulai kita implementasikan di Indonesia. Tapi kerja sama itupun kita kembangkan dengan negara lain seperti Abu Dhabi dengan G42 maupun Amerika Serikat dengan US Davis University,” ucapnya.
BGSi dikembankan dengan dukungan investasi dari para investor, berupa kerja sama dengan pihak swasta dalam negeri maupun negara lain. Beberapa donator yang berperan, antara lain The Global Fund, Panin Bank, Biofarma, dan East Ventures. Serta melibatkan kolaborator yang terdiri dari Illumina, BGI, Oxford Nanopore Technologies, dan Yayasan Satria Budi Dharma Setia.