Jakarta, FORTUNE – Dalam dunia bisnis Makanan minuman (F&B) terdapat beragam jenis makanan yang kita kenal. Salah satunya adalah makanan ultra proses, sejenis produk makanan olahan siap saji dengan beberapa produknya banyak dijumpai di pasaran.
Mengutip Halodoc, makanan ultra proses adalah formulasi industri yang dibuat dengan mendekonstruksi makanan utuh menjadi konstituen kimia. Ini kemudian mengubah susunan zat dan menggabungkannya kembali dengan bahan tambahan sehingga didapatkan produk alternatif dari makanan segar, makanan olahan minimal, dan makanan yang cepat saji.
Bila mengacu pengertian ini, maka makanan yang beredar di tengah masyarakat saat ini banyak didominasi oleh makanan ultra proses. Jenis makanan ini dibentuk agar siap dikonsumsi, terjangkau, dan memiliki rasa yang lezat, sehingga dapat menggantikan makanan lain.
Makanan ultra proses juga merupakan bagian dari makanan yang diproses. Hanya saja, yang membedakannya adalah tambahan perisa, gula, lemak, atau pengawet makanan berbahan kimia. Dengan demikian, saat dikonsumsi, makanan ultra proses juga bisa berdampak pada tubuh orang yang mengonsumsinya.
Dampak buruk
Bila dibandingkan dengan makanan alami atau yang tanpa melalui proses dan mempertahankan bentuk aslinya, seperti sayuran atau buah-buahan, makanan ultra proses bisa meningkatkan risiko penyakit pada mereka yang mengonsumsinya. Mulai dari obesitas, diabetes tipe 2, hipertensi, penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular, bahkan depresi.
Halodoc menyebut bahwa asupan makanan olahan yang tinggi seringkali dikaitkan dengan beberapa ketidakseimbangan nutrisi. Sumber masalah dari makanan ultra proses adalah profil nutrisi yang tidak seimbang dan tidak sesuai dengan kebutuhan umum tubuh manusia. Misalnya, orang yang mengonsumsi makanan ultra proses ini pun dilaporkan adanya peningkatan kalori hingga 500 kkal per hari. Hal tersebut pun menyebabkan penumpukan akumulasi lemak pada tubuh.
Sebagian besar makanan ultra proses adalah makanan padat energi, tinggi lemak, gula, dan garam serta rendah serat dan mikronutrien. Jenis makanan ini meliputi minuman ringan, makanan ringan kemasan, roti, kue, biskuit, sereal, minuman buah, dan margarin. Produk siap saji yang telah diproses sebelumnya juga termasuk, seperti burger, pasta, dan pizza siap saji.
Efek buruk dari makanan ultra proses dapat disebabkan oleh berbagai mekanisme yang dipicu oleh komponen non-gizi, seperti bahan aditif makanan, bahan kontak makanan, senyawa neo-formed, dan degradasi matriks makanan akibat pengolahan bertingkat.
Cara menghindari
Untuk mengurangi potensi dampak buruk akibat makanan ultra proses, Anda perlu mengetahui beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk membatasi konsumsi jenis makanan ini.
Mengutip dari klikdokter, berikut ini adalah beberapa tips yang bisa Anda terapkan pada pola konsumsi harian Anda:
- Perbanyak konsumsi masakan rumah
Dengan memasak dan mengolah bahan makanan segar secara langsung, Anda lebih mudah mengontrol kandungan makanan yang akan dikonsumsi. Anda bisa memutuskan untuk memasak dengan bahan-bahan yang segar dan menghindari makanan yang ultra-proses. Ingatlah untuk selalu menghindari menggunakan makanan beku atau makanan dalam kemasan saat memasak. - Lebih sering makan bersama keluarga dan sahabat
Tidak hanya bisa melepas stres dan terasa lebih menyenangkan, hal ini juga terbukti dapat menciptakan kebiasaan makan yang lebih sehat. Saat makan bersama orang terdekat, seseorang cenderung akan memilih menu makanan yang lebih menyehatkan dan mengkonsumsi minuman manis lebih sedikit. - Usahakan selektif pilih menu saat makan di luar rumah
Hal ini penting, karena keputusan makanan apa yang masuk ke tubuh Anda berada di tangan Anda sendiri. Jangan hanya memilih makanan yang terasa lezat, tetapi pikirkan juga mengenai bahan-bahan yang diperlukan serta kandungan gizinya.
Demikianlah beberapa hal yang perlu Anda ketahui tentang makanan ultra proses, dampak, dan cara menghindarinya dalam kehidupan sehari-hari. Semoga bermanfaat.