Morgan Stanley: Krisis Populasi Pangkas 4% PDB Uni Eropa di 2040

Terdapat sejumlah opsi, namun banyak dilema terjadi.

Morgan Stanley: Krisis Populasi Pangkas 4% PDB Uni Eropa di 2040
Ilustrasi orang tua. (Pixabay/joaopaulo_live2)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNEMorgan Stanley menyebut krisis Populasi di Eropa bisa memangkas 4 persen Pendapatan Domestik Bruto (Pdb) di kawasan Uni Eropa pada 2040, karena masyarakat hidup lebih lama dengan angka kelahiran yang menurun.

Lembaga perbankan global ini memproyeksikan adanya kerugian PDB yang signifikan berdasarkan prediksi bahwa populasi usia kerja Eropa akan menyusut sebesar 6,5 persen pada  2040. "Seiring adanya pengurangan jumlah orang usia kerja yang memproduksi output dan membayar pajak,” tulis Morgan Stanley dalam laporan dikutip dari Fortune.com, Senin (14/10).

Dengan kondisi ini, Morgan Stanley memproyeksikan Italia menjadi negara dengan korban terbesar, karena populasi yang menua yang memangkas sekitar 6 persen dari PDB dalam 15 tahun ke depan. Sementara, Prancis dan Jerman akan mengalami penurunan tajam juga, meski lebih rendah dari rerata di Uni Eropa.

Negara-negara yang mengandalkan sektor perhotelan juga akan terdampak lebih besar karena semakin sedikit orang yang membayar pajak, sementara populasi yang lebih tua meningkatkan beban pajak.

Morgan Stanley mengungkapkan satu-satunya negara yang akan berkembang akibat perubahan demografi ini adalah Inggris. “Negara tersebut diperkirakan akan menambah empat poin persentase PDB dengan menstabilkan populasi usia kerjanya. Namun, penurunan produktivitas diperkirakan akan tetap menjadi masalah bagi Inggris,” tulis laporan Morgan Stanley.

Negara-negara dunia barat memang akan menghadapi tantangan penurunan populasi usia kerja secara terus-menerus, di mana tren ini sebelumnya sudah terjadi di negara-negara seperti Jepang dan Korea Selatan.

Morgan Stanley meneliti lebih dari 300.000 transkrip komentar yang menyebut populasi usia tua meningkat tajam dalam beberapa tahun terakhir. Dalam kajian ini, hampir 5 persen dari petinggi perusahaan mengangkat topik tersebut.

Rekomendasi solusi

Untuk menghadapi situasi ini, Morgan Stanley merekomendasikan sejumlah kebijakan seperti kelahiran bayi baru, yang dipastikan bukan perbaikan dalam jangka pendek. “Jika ada kebijakan yang efektif untuk meningkatkan angka kelahiran dan dapat segera diterapkan, akan butuh lebih dari 15 tahun sebelum kebijakan ini berdampak pada angkatan kerja,” tulis para ahli di Morgan Stanley.

Berikutnya adalah imigrasi, yang jadi cara paling memungkinkan mengatasi peningkatan angka usia tua. Namun, topik imigrasi yang cenderung negatif justru merebak di partai-partai sayap kanan yang anti-imigrasi, seperti National Rally di Prancis dan Alternative for Deutschland (AfD) di Jerman.

“Hal ini telah mempersulit pemerintah untuk menggembar-gemborkan manfaat imigrasi kepada para pemilih,” tulis Fortune.com.

Sedangkan menambah jam kerja bagi usia kerja yang masih tersisa dan menaikkan usia pensiun. Nemun demikian, hal ini pun diperkirakan tidak akan populer tengah masyarakat Eropa.

Di tengah dilema pilihan yang ada, Morgan Stanley mengungkapkan kombinasi beberapa opsi tadi adalah pilihan paling efektif dan realistis. Sebagai contoh, migrasi yang lebih tinggi yang dikombinasikan dengan peningkatan tingkat partisipasi perempuan dalam angkatan kerja, dinilai bisa mengatasi kesenjangan pertumbuhan ekonomi yang diproyeksikan saat ini melalui meningkatkan PDB hingga 4 persen.

Magazine

SEE MORE>
Investor's Guide 2025
Edisi Januari 2025
Change the World 2024
Edisi Desember 2024
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024

Most Popular

WTO Buktikan Uni Eropa Diskriminasi Minyak Sawit Indonesia
Daftar 10 Saham Blue Chip 2025 Terbaru
Selain Bukalapak, Ini 7 e-Commerce yang Tutup di Indonesia
Israel Serang Gaza Usai Sepakat Gencatan Senjata, 101 Warga Tewas
Suspensi Saham RATU Resmi Dicabut, Jadi Top Gainers
Mengapa Nilai Tukar Rupiah Bisa Naik dan Turun? Ini Penyebabnya