Jakarta, FORTUNE – Pemerintah mempersiapkan sejumlah strategi untuk mendorong menjadi pemain penting dalam industri Semikonduktor global.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengatakan bahwa salah satu strategi penting yang dilakukan pemerintah Indonesia adalah mendorong pendidikan yang berkaitan dengan pengembangan industri semikonduktor.
“Kita sudah kerja sama dengan Singapura dan Jerman yakni Chip Academy,” katanya dalam acara Orasi Ilmiah BJ Habibie Memorial Lecture, Selasa (23/7).
Menurutnya, kerja sama pendidikan ini dilakukan untuk menghasilkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang tanggap teknologi microelectronic untuk mendorong sektor semikonduktor di Tanah Air. Selain itu, pengembangan industri berbasis digital yang bisa menjadi andalan bagi pertumbuhan ekonomi lanjutan adalah komoditas semikonduktor.
Airlangga menuturkan, saat ini beberapa perusahaan yang juga siap menjadi vendor start up di Bandung, yang sudah masuk menjadi vendor di NVIDIA. “Beberapa dari SDM Indonesia sudah ada yang menjadi bagian dari supply chain semikonduktor, termasuk anak-anak muda di Bandung yang menjadi bagian dari microchips designer dari NVIDIA," ujarnya.
Merebut kembali peluang
Airlangga mengatakan, dahulu sempat ada rencana pembangunan industri semikonduktor di Indonesia. “Mungkin kita ingat industri semikonduktor lari dari Indonesia, karena kita melarang robotik, karena pada waktu itu Menteri Tenaga Kerjanya Pak Sudomo, dan akibat dilarang (maka) pindah ke Malaysia," katanya.
Kini, setelah industri tersebut berpindah ke Negeri Jiran, Malaysia justru menjadi negara pengekspor semikonduktor dan elektronik. Oleh sebab itu, Indonesia ingin menarik kembali industri tersebut untuk bisa mengembangkan sektor bisnis semikonduktor di Indonesia.
Semikonduktor adalah bagian dari mesin ekonomi baru yang akan terus dikembangkan Indonesia, bersama dengan digitalisasi, kecerdasan buatan, ekonomi hijau, dan transisi energi.
Pemerintah akan fokus pada tiga mesin ekonomi untuk menuju Indonesia Emas 2045, yakni mesin ekonomi konvensional, mesin ekonomi baru, dan mesin ekonomi Pancasila yang berkeadilan dan inklusif.
“Salah satu upaya mengembangkan ekonomi baru untuk transformasi ekonomi ke depan yaitu dalam program hilirisasi industri. Ini bertujuan untuk penciptaan nilai tambah sehingga daya saing produk kita semakin baik, investasi lebih banyak masuk, dan penyerapan tenaga kerja semakin meningkat,” kata Airlangga.
Pencapaian yang ada
Deputi IV Ekonomi Digital, Ketenagakerjaan, dan UMKM Kemenko Perekonomian, Mohammad Rudy Salahuddin, mengatakan pada 2022, terdapat 345 ribu pekerja atau 0,26 persen dari total pekerja di Indonesia, yang bekerja di sektor elektronik.
"Jumlah pekerja di sektor elektronik ini meningkat dari tahun 2018, namun terdapat hal yang perlu menjadi perhatian bersama yakni sebagian besar pekerja berlatar belakang setara dengan SMA atau SMK yakni sekitar 80 persen," katanya, Kamis (16/5).
Berdasarkan data, Rudy mengatakan bahwa sebagian besar pekerja sektor elektronik itu bekerja di subsektor industri komponen dan papan elektronik dan mencapai 19,7 persen dari total pekerja elektronik. Sementara, di industri kabel mencapai 18,5 persen, peralatan rumah tangga sebesar 14,5 persen, serta industri audio dan video elektronik di angka 8,5 persen.