Jakarta, FORTUNE – Konflik Rusia-Ukraina menyebabkan pertemuan antar Menteri Keuangan G20 berakhir tanpa komunike (pernyataan bersama) bahkan hingga akhir pertemuan The 4th Finance Ministers and Central Bank Governors Meeting (FMCBG G20), di Washington D.C., Amerika Serikat.
Menteri Keuangan Indonesia–sebagai pemimpin G20–Sri Mulyani, mengatakan bahwa Indonesia telah berusaha untuk menjembatani perpecahan antara anggota G-20 atas konflik Rusia-Ukraina.
“Terlepas dari fakta bahwa kami menghadapi berbagai tantangan, perbedaan pandangan, terutama sejak awal terdapat gap yang sangat besar sehingga kami harus menciptakan jembatan yang efektif dengan presidensi kami,” katanya seperti dikutip dari pemberitaan Bloomberg, Selasa (18/10).
Dalam forum tersebut, Sri Mulyani mengatakan perang yang terjadi adalah masalah yang belum bisa terekonsiliasi. Tantangan dalam menjalani komunikasi tentang kebijakan makroekonomi dan keuangan negara-negara G20 sudah terlihat sejak awal pertemuan. Alhasil, pertemuan itu berada dalam situasi yang sangat menantang dan sulit karena ketegangan geopolitik.
Konflik Rusia-Ukraina yang memperumit
Pertemuan FMCBG keempat menjelang KTT G20 di Bali, Indonesia, dinilai akan mengalami berbagai masalah, apalagi Rusia dianggap mempersulit upaya untuk mengoordinasikan kebijakan untuk mengatasi meningkatnya risiko pertumbuhan ekonomi global
Menteri Keuangan AS, Janet Yellen; Bendahara Australia, Jim Chalmers; dan Menteri Keuangan Kanada, Chrystia Freeland, menyalahkan Rusia atas invasi Ukraina karena mengirimkan gelombang kejutan bagi ekonomi global, mengguncang pasar, dan menambah inflasi yang tinggi.
Sementara, Menteri Keuangan Rusia, Anton Siluanov; dan Menteri Keuangan Ukraina, Serhiy Marchenko berpartisipasi secara virtual dalam pertemuan tersebut. Lalu, Wakil Menteri Keuangan Rusia, Timur Maksimov menghadiri pembicaraan secara langsung ketika para pejabat Barat menyatakan kecaman mereka, seiring seruan Marchenko berkenaan “sanksi yang ditargetkan lebih berat” terhadap Moskow.
Ketegangan lainnya
Ketegangan juga muncul karena keputusan Arab Saudi memangkas produksi minyak bersama dengan mitra OPEC+. Kemudian, isu lain yang alot diperdebatkan, antara lain kenaikan suku bunga Federal Reserve (The Fed) yang membuat dolar AS menguat serta peran Cina dalam upaya mengatasi beban utang di pasar negara berkembang. Ditambah lagi, Dana Moneter Internasional (IMF) sudah menurunkan prospek pertumbuhan global pada tahun depan.
Sebagai tuan rumah, Indonesia telah mendesak para pejabat dari semua pihak untuk mengatasi ketidakpercayaan demi peradaban manusia yang menghadapi banyak tantangan. “Dunia membutuhkan lebih banyak lagi kolaborasi. tidak peduli negara mana ... mereka tidak bisa menyelesaikan masalah ini sendirian. Ketahanan pangan, energi, perubahan iklim, pandemi… semuanya saling terkait,” kata Sri Mulyani.
Hasil yang disepakati
Meski menemui kesulitan dalam kesepakatan, namun pertemuan tersebut setidaknya menemukan kesamaan pendapat pada sejumlah bidang, seperti peningkatan ketahanan pangan, dukungan penciptaan pendanaan kesiapsiagaan pandemi (termasuk pencegahan dan tanggapan), serta kesepakatan pajak global dan memfasilitasi pembiayaan transisi menuju energi yang lebih bersih untuk mengatasi perubahan iklim.
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, yang hadir sebagai perawakilan presidensi Indonesia di G20, mengatakan bahwa semua peserta berkomitmen kuat untuk mencapai stabilitas harga.
“Ada komitmen di antara G-20 untuk mengkalibrasi kebijakan ekonomi makro dengan baik untuk mengatasi inflasi dan perlambatan pertumbuhan,” katanya.