Jakarta, FORTUNE – Perusahaan logistik global, DP World bersama Economist Impact memproyeksikan kawasan Asia Pasifik (APAC) tahun ini akan mengalami pertumbuhan tercepat dalam hal Ekspor Impor. Hal ini didukung pemanfaatan teknologi sebagai faktor utama.
CEO & Managing Director DP World di Asia Pasifik, Glen Hilton, mengatakan bahwa impor dan ekspor di Asia Pasifik akan tumbuh lebih dari 5 persen pada tahun 2024, dan jadi yang tercepat secara global.
“Perdagangan intra-Asia sangat penting untuk memastikan bahwa dunia usaha terus berkembang dan sejahtera di kawasan ini, dan teknologi akan memainkan peran penting. Kami akan mempercepat investasi dan menjalin kemitraan strategism,” ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu (17/1).
Dalam kajian ‘Trade in Transition’, DP World dan Economist Impact menemukan 32 persen pemimpin bisnis di APAC optimistis pada masa depan perdagangan global, karena kemampuan teknologi untuk meningkatkan efektivitas dan ketahanan rantai pasokan.
Selain itu, sebanyak 27 persen responden juga memperkirakan peningkatan teknologi akan menjadi pendorong utama pertumbuhan impor perusahaan mereka.
Penelitian yang dilakukan DP World bersama Economist Impact ini didasarkan pada survei global terhadap 3.500 eksekutif senior, yang dirancang untuk mengetahui praktik perdagangan dan rantai pasokan mereka, serta sentimen mereka untuk tahun depan. Survei ini menargetkan para pemimpin di berbagai industri dan dari seluruh kawasan global, termasuk APAC.
Pemanfaatan teknologi
Optimisme dunia bisnis ekspor impor di APAC sangat didukung oleh peningkatan adopsi kecerdasan buatan (arftificial intelligence/AI), di mana 99 persen bisnis di kawasan APAC menyatakan menggunakan teknologi AI untuk merevolusi setidaknya satu aspek manajemen rantai pasokan mereka.
Revolusi yang dimaksud, di antaranya berupa menyederhanakan biaya operasional (disebutkan oleh 34 persen responden); meningkatkan perencanaan sumber daya untuk mengurangi gangguan rantai pasokan (31 persen); dan mengidentifikasi sumber permintaan baru (29 persen).
Memasuki 2024, menurut DP World dan Economist Impact, dunia usaha akan makin bersiap untuk mengadopsi teknologi, dengan melakukan penelitian dan pengembangan untuk meningkatkan produk, layanan, dan operasi rantai pasokan. Dari 39 persen responden yang menyatakan hal ini, terdapat:
- 32 persen menyatakan siap menerapkan otomatisasi dan robotika canggih untuk meningkatkan efisiensi logistik.
- 27 persen berminat menggunakan augmented reality atau virtual reality untuk pemecahan masalah dan perbaikan.
- 25 persen akan mengintegrasikan teknologi blockchain untuk meningkatkan ketertelusuran, keamanan, dan perlindungan data.
Kekhawatiran
Di kalangan eksekutif APAC, ancaman inflasi yang berkepanjangan disebut oleh 28 persen responden sebagai kekhawatiran utama mereka selama dua tahun ke depan. Selain itu, 26 persen menyatakan kekhawatirannya terhadap penurunan ekonomi di pasar-pasar utama tempat mereka beroperasi.
Selain kekhawatiran ekonomi, ketegangan geopolitik juga sangat membebani pikiran para eksekutif. Economist Impact melakukan analisis perdagangan kuantitatif melalui platform Global Trade Analysis Project (GTAP) untuk memperkirakan potensi kerugian output global dari skenario hipotetis 'fragmentasi geo-ekonomi' lebih lanjut, dan memproyeksikan penurunan PDB dunia sebesar 0,9 persen.
Untuk memitigasi risiko ketidakstabilan politik global, sepertiga responden mengatakan menggunakan stratehi friendshoring atau berfokus melakukan perdagangan komoditas dengan negara mitra terdekatnya secara politik dibandingkan dengan negara lain.
“Sementara proporsi serupa mengatakan bahwa mereka membangun rantai pasokan paralel atau menggunakan sumber ganda,” tulis laporan tersebut.