Riset: Konsumen RI Ungkap Pandangan Politik Lewat Pilihan Brand

Polarisasi konsumen harus jadi perhatian brand.

Riset: Konsumen RI Ungkap Pandangan Politik Lewat Pilihan Brand
Ilustrasi preferensi brand. (Pixabay/ Peggy und Marco Lachmann-Anke)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Perusahaan komunikasi global, Edelman, membagikan studi yang menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan publik dan pandangan Politik membentuk perilaku Konsumen dan mempengaruhi pembelian terhadap sebuah Brand.

Managing Director Edelman Indonesia, Nia Pratiwi, mengatakan bahwa survei yang dilakukan terhadap 1.000 responden di 34 Provinsi di Indonesia pada April 2024, menunjukkan adanya tren perilaku konsumen untuk mendukung, membeli, atau bahkan menghindari suatu merek berdasarkan pandangan politik dan nilai sosial tertentu yang dianut oleh merek serta sikap merek terhadap isu sosial.

“Temuan kami menunjukkan bahwa mayoritas konsumen di Indonesia mengekspresikan pandangan politik mereka melalui pilihan brand atau produk, menunjukkan adanya polarisasi dalam perilaku konsumen yang perlu diperhatikan oleh setiap brand,” kata Nia dalam keterangan resmi, Kamis (17/10).

Menurut survei, sebanyak 81 persen responden menyatakan khawatir terhadap hasil pemilihan umum (Pemilu). Kekhawatiran ini juga tercermin dalam cara mereka memandang merek yang dianggap memiliki pandangan politik atau yang tidak mengambil sikap jelas berisiko dihindari atau diboikot.

Selain itu, terdapat juga peningkatan pada nasionalisme merek dan mencerminkan suatu kondisi di mana konsumen lebih memilih merek dan produk berdasarkan negara asal dari sebuah brand. Laporan menunjukkan bahwa 73 persen responde kini lebih sering membeli merek lokal dibandingkan setahun yang lalu, dan 58 persen memboikot merek yang mendukung salah satu pihak dalam konflik Israel-Hamas.

Temuan lain menunjukkan, generasi muda (18-34 tahun) merasa terhubung dengan orang lain yang menggunakan brand yang sama–mencapai 69 persen-dibandingkan responden yang berusia lebih senior (35-54 tahun) sebesar 58 persen. Dari responden muda ini, hampir setengahnya (49 persen) mengaku bahwa mereka menilai orang lain berdasarkan pilihan brand-nya.

Tuntutan pada brand

Aksi masyarakat bela Palestina. (ANTARA FOTO/Rahmad)

Nia mengungkapkan bahwa dengan temuan ini, terlihat bahwa publik di Indonesia menuntut brand untuk mengambil sikap pada isu kontroversial atau politis saat berada di bawah tekanan. Responden mengharapkan brand untuk melakukan lebih banyak dalam isu seperti perubahan iklim (33 persen), upah yang adil (28 persen), dan pelatihan ulang (retraining) tenaga kerja (26 persen).

Sementara itu, jika sebuah brand tidak mengomunikasikan sikapnya dalam penanganan berbagai isu yang merebak di tengah masyarakat, sebanyak 55 persen responden Indonesia menganggap merek tersebut tidak melakukan apa-apa atau menyembunyikan sesuatu.

Brand yang memilih untuk tetap diam pada isu sosial dan politik yang mendesak, atau yang gagal beradaptasi dengan perubahan perilaku konsumen yang menuntut transparansi dan advokasi oleh brand, dianggap sebagai bagian dari masalah dan berisiko kehilangan kepercayaan konsumen,” kata Nia.

Konsumen kini juga lebih detail dan kritis memperhatikan setiap keputusan dari brand, yang kini memberikan implikasi politik yang lebih besar dari sebelumnya. “Temuan kami mengungkapkan bahwa tindakan paling sederhana oleh sebuah merek sekalipun, seperti pemilihan influencer dan perekrutan karyawan yang beragam, juga dapat dianggap sebagai pernyataan politik,” ujarnya.

Related Topics

KonsumenPolitikBrand

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

Most Popular

Harga Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Hari Ini, 21 November 2024
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Terima Tawaran US$100 Juta Apple, Kemenperin Tetap Tagih Rp300 Miliar
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 21 November 2024
Tolak Wacana PPN 12 Persen, Indef Usulkan Alternatif yang Lebih Adil
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 22 November 2024