Jakarta, FORTUNE – Riset Populix menunjukkan, sebanyak 65 persen responden Muslim di Indonesia menyatakan kepatuhan pada Fatwa MUI No. 83 terkait dukungan boikot pada produk yang terafiliasi Israel.
Head of Social Research Populix, Vivi Zabkie, mengatakan dukungan ini tidak hanya datang dari datang dari umat Muslim. “Bahkan, responden non-Muslim pun menyatakan dukungan mereka atas boikot. Hal ini mungkin terjadi karena isu ini adalah isu kemanusiaan yang tidak mengenal sekat agama,” ujarnya dalam keterangan pers yang diterima Fortune Indonesia, Kamis (22/2).
Riset Populix yang berjudul ‘Understanding Public Sentiment on the Boycotts Movement Amid the Palestine-Israel Dispute’ mengungkapkan, keberadaan Fatwa MUI sudah mencapai tingkat kesadaran yang tinggi, bahkan mencapai 94 persen di kalangan masyarakat Indonesia, baik di kalangan masyarakat Muslim maupun non-Muslim.
Meski demikian, masih ada sekitar 26 persen responden yang masih ragu-ragu dengan masalah kepatuhan terhadap fatwa tersebut. “Sementara itu, terdapat juga 9 persen responden yang menentang fatwa.
Responden menunjukan penolakan mereka karena kurang yakin terhadap efektivitas boikot untuk mengatasi isu sosial dan politik, serta mengekspresikan keinginan untuk memiliki otonomi dalam pemilihan produk.
Dampak terhadap merek
Riset menunjukkan, dampak dari gerakan boikot ini sudah mulai dirasakan oleh perusahaan dan juga merek yang dikaitkan mempunyai afiliasi dengan Israel.
Pada kuartal IV/2023, salah satu merek yang menjadi sasaran boikot, McDonald's, mengalami penurunan total pendapatan secara global sebesar 4 persen jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.
Selain itu, pasar Indonesia, penurunan penjualan cukup signifikan terjadi pada merek-merek yang berada di bawah naungan Unilever. Pada kuartal IV/2023, pendapatan Unilever tercatat turun hingga 20 persen jika dibandingkan kuartal sebelumnya.
“Terjadi juga penurunan pada harga saham yang dialami perusahaan pemegang merek yang terkena dampak boikot seperti Starbucks yang turun hingga 12 persen pasca gerakan ini,” tulis laporan ini.
Survei ini melibatkan lebih dari 500 ribu responden, dengan rentang usia di bawah 18-di atas 55 tahun, dan didominasi generasi milenial dan Gen Z yang mayoritas tinggal di pulau Jawa. Dari segi gender, responden relatif seimbang, dengan 52 persen laki-laki dan 48 perempuan.