Jakarta, FORTUNE – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Salahuddin Uno, memperkirakan kerugian yang dialami Indonesia akibat pembatalan sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2023 sedikitnya bisa mencapai Rp3,7 triliun.
Kerugian ini antara lain berasal dari biaya-biaya renovasi yang telah dilakukan, seperti renovasi stadion mencapai Rp500 miliar. “Target pendapatan berbasis jumlah penonton dalam pertandingan-pertandingan yang sudah disusun di enam kota itu totalnya ada di kisaran 2-2,3 juta penonton,” katanya seperti dikutip dari Antaranews, Jumat (31/3).
Angka tersebut termasuk jumlah suporter dan wisatawan mancanegara dengan estimasi sekitar 50.000 pengunjung. Dengan demikian, Sandiaga menyimpulkan bahwa Indonesia merugi cukup besar dengan melewatkan kesempatan menghelat turnamen Piala Dunia U-20 yang berskala dunia.
Reputasi Indonesia
Kerugian berikutnya juga berpotensi muncul dari sisi reputasi jangka menengah sampai panjang di tingkat penyelenggaraan event berskala besar dunia, seperti keketuaan ASEAN yang sedang berjalan termasuk kerugian pada harapan mewujudkan mimpi para pemuda Indonesia.
“Tapi, saya optimis kalau kita bekerja sama, ini dampak y aini, saya sangat kecewa, sangat terpukul dibatalkannya, tapi kita harus tegak berdiri, harus semangat, cepat move on, untuk bisa mengganti kegiatan yang juga lebih bisa menopang, agar kerugiannya tidak maksimal,” kata Sandiaga.
Alasan pembatalan
Ketua PSSI, Erick Thohir, berpendapat bahwa pembatalan penyelenggaran Piala Dunia U-20 di Indonesia terjadi karena adanya keberatan (menerima Timnas Israel) yang disampaikan sejumlah kepala daerah.
“FIFA melihat ini sebuah intervensi, kan banyak FIFA menghukum ketika ada intervensi pemerintah,” ujarnya dalam keterangan pers di YouTube Setpres, Jumat (31/3).
Menurut Erick, sebelumnya di dalam kontrak yang sudah disepakati berbagai pihak, termasuk pemerintah Indonesia dan FIFA, negara menjamin keamanan. “Tentu ini yang mungkin jadi pertimbangan FIFA juga,” ujarnya.
Perintah Presiden
Erick mengatakan, Presiden Jokowi juga sudah menanggapi hasil pertemuannya dengan Presiden FIFA, Gianni Infantino, terkait pembatalan status Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2023. Untuk itu, Jokowi menginstruksikannya dua hal.
"Pertama, segera buat peta biru transformasi sepakbola Indonesia. Presiden menekankan ini harus segera selesai dan harus segera diberikan kepada FIFA. Yang kedua, Presiden minta untuk terus menjalin komunikasi dengan FIFA,” katanya.
Erick terus berusaha keras memastikan transformasi sepakbola Indonesia terjadi, dan bukan sekadar wacana. Ia juga menyanggupi untuk kembali bernegoisasi kepada FIFA, demi menghindari sanksi yang bisa terjadi. “Presiden tidak mau kita terkucilkan dari peta persepakbolaan dunia,” katanya.