Jakarta, FORTUNE – Ajang kreatifitas remaja Citayam Fashion Week menuai banyak sorotan. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Uno, pun mengingatkan kreativitas remaja Citayam Fashion Week jangan sampai hanya jadi ‘one hit wonder’ yang hanya berlangsung musiman.
“Kita tidak ingin, anak-anak ini cuma satu musim, liburan sekarang, lalu hilang. Saya ingin mereka memiliki kemampuan, sehingga bisa berkelanjutan. Dan mendorong (ekonomi kreatif) subsektor fesyen. Siapa tahu, Roy, Jeje, Bonge, dan teman-temannya ini bisa tampil suatu saat di Paris Fashion Weekend,” ujar Menteri Sandiaga, dalam Weekly Press Briefing, Senin (25/7).
Dia berharap, tren Citayam Fashion Week bisa mendunia seperti Harajuku di Jepang, atau 42nd Strett di New York, Amerika Serikat. Untuk itu, Menparekraf siap mewadahi para remaja Citayam Fashion Week dengan pelatihan dan pendampingan. “Menaikkan keahlian mereka melalui upskilling, reskilling, new skilling, fotografi, dan videografi,” katanya.
Beasiswa bagi para remaja
Mengenai beasiswa, Sandiaga mengatakan fasilitas itu siap diberikan bagi siapa saja yang terlibat dalam Citayam Fashion Week, melalui kesiapan Politeknik Pariwisata (Poltekpar) dalam mendukung berbagai kebijakan Kemenparekraf.
“Kita ingin juga, mereka (remaja Citayam Fashion Week) bisa mengakses setelah menyelesaikan pendidikan SMP maupun SMA. Malah saya dengar, ada yang belum menyelesaikan SMP,” ujarnya.
Ada beberapa mekanisme dan tahapan yang nanti bisa ditawarkan bagi pemuda-pemudi Citayam Fashion Week. “Ide-ide kreatif mereka perlu kita dukung dan terus kita ciptakan konten-konten yang berkualitas,” ucapnya.
Pengaruh ekonomi kreatif subsektor fesyen
Menurut Sandiaga, tren Citayam Fashion Week merupakan fenomena yang sangat berpengaruh pada subsektor ekonomi kreatif Indonesia, terutama di bidang fesyen. “Fenomena ini selalu saya katakana sebagai demokratisasi dari subsektor fesyen. Bukan hanya milik dari para desainer papan atas, tapi juga oleh anak-anak millennial dan generasi Z, yang sekarang tampil di Ibu Kota, dengan konsep event based touris,” tuturnya.
Fenomena ini, di sisi lain juga berdampak kepada subsektor lainnya, seperti Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) kuliner dan kreator konten digital. Hal ini berdampak positif dan secara langsung maupun tidak berkontribusi meningkatkan perekonomian masyarakat.
Masalah ketertiban
Meski demikian, dampak positif ini juga dibarengi dengan persoalan, terutama terkait dengan ketertiban lalu lintas dan keamanan di tengah kerumunan di kawasan Dukuh Atas, Sudirman saat penyelenggaraan Citayam Fashion Week.
“Citayam Fashion Week memang sudah sangat viral, namun tidak dibarengi dengan penataan lalu lintas. Jadi, masih banyak motor-motor yang parkir (sembarangan) di jalan, sehingga akhirnya jalanannya menyempit,” kata Sandiaga.
Ia berharap, ke depan lebih banyak lagi ruang publik yang disediakan bagi para remaja ini, supaya mereka tidak hanya menumpuk di Dukuh Atas agar kreatifitas mereka di bidang fesyen harus terus dapat disalurkan.