Jakarta, FORTUNE – Sebagai Chair Business forum G20 (B20), Shinta Widjaja Kamdani, membawa isu kesetaraan gender jadi salah satu yang dikedepankan dalam kerja sama bisnis antarnegara anggota G20. Salah satu upayanya adalah dengan membentuk Woman in Business Action Council.
“Kami buat action council khusus yang didukung semua pelaku usaha dari negara-negara B20 untuk membicarakan khusus, isu kesetaraan gender, tidak hanya di tempat kerja, tapi juga dalam pengembangan kewirausahaan perempuan,” ujar Shinta Kamdani, dalam talkshow bertajuk Women in The Workplace dalam hari kedua Fortune Indonesia Summit 2022, Kamis (19/5).
Menurutnya, kelompok kecil ini akan sangat mendukung peran kaum perempuan dalam Presidensi Indonesia di G20 yang fokus pada kesehatan, digitalisasi, dan energi.
Upaya selaras tema B20
Shinta menyampaikan bahwa pembentukan Woman in Business Action Council B20 juga sejalan dengan tema B20, yakni ‘Kemajuan inovatif, Inklusif, dan Pertumbuhan Kolaboratif’. “Jadi, inklusif itu juga tentang perempuan, termasuk di dalamnya,” katanya.
Melalui upaya ini, Shinta ingin memastikan bahwa Indonesia sebagai salah satu kekuatan ekonomi dunia, juga telah memprioritaskan isu ini.
Edukasi kesetaraan gender bagi kaum pria
Shinta mengatakan bahwa salah satu hal yang sangat penting dalam lingkup bisnis di Indonesia dan dunia adalah edukasi tentang kesetaraan gender, khususnya bagi para kaum pria. Menurutnya, kadang kaum pria tidak menyadari adanya unsur bias gender dalam keseharian mereka di tempat kerja maupun bisnis.
Ia berharap semua kalangan mendorong terwujudnya komunikasi yang baik antara kaum perempuan dan laki-laki dalam berbagai forum. “Kita mesti terbuka berbicara tentang subyek ini. Jadi, mungkin ada grup-grup kecil untuk saling berkomunikasi bagi pria maupun perempuan, kita punya maintaining program yang bersilangan,” kata Shinta. “Prinsipnya, kesetaraan gender bisa terjadi kalau juga didukung laki-laki.”
3 hal yang dibutuhkan perempuan dalam bisnis
Menurut Shinta, ada 3 hal yang dibutuhkan perempuan dalam bisnis, Pertama, akses ke market. Kedua, akses finansial. Ketiga, peningkatan kapasitas. “Ini kesempatan yang harus diberikan, karena kebanyakan perempuan–terutama di desa–berada di belakang para suami. Jadi mereka nggak kelihatan, walaupun itu usaha mereka,” ujarnya.
Kaum perempuan, kata Shinta, memiliki kekuatan besar dalam ekonomi informal. “Kalau kita ngomongin sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), actually the jockey is woman. Kita ngomong inklusi itu UMKM dan perempuan,” katanya.