Jakarta, FORTUNE – Kementerian Luar Neger menanggapi ketegangan yang terjadi antara Amerika Serikat dan Cina, akibat kunjungan Ketua DPR Amerika Serikat (AS), Nancy Pelosi ke Taiwan.Juru bicara Kementerian Luar Negeri, Teuku Faizasyah, mengatakan bahwa Indonesia tetap menganut kebijakan ‘One China Policy’.
One China Policy adalah pengakuan bahwa hanya ada satu negara berdaulat dengan nama Cina. Republik Rakyat Cina (RRC) sebagai satu-satunya pemerintah yang sah dari Cina dan Taiwan jadi salah satu bagiannya.
Meski begitu, Teuku mengatakan Indonesia sangat prihatin atas meningkatnya rivalitas di antara kekuatan besar. “Jika tidak dikelola dengan baik, rivalitas tersebut dapat menciptakan potensi konflik terbuka dan mengganggu stabilitas dan perdamaian yang ada, termasuk di Taiwan Strait,” ujarnya dalam keterangan yang diterima Fortune Indonesia, Kamis (4/8).
Menurutnya, perlu langkah nyata dari semua pihak untuk mengurangi ketegangan yang terjadi, apalagi yang dapat memperburuk situasi dunia saat ini. “Dunia memerlukan kearifan dan tanggung jawab para pemimpin dunia agar perdamaian dan stabilitas dapat terjaga,” ucapnya.
Latihan militer Cina
Terkait kunjungan Pelosi ke Taiwan, Reuters (4/8) memberitakan bahwa Cina meluncurkan latihan militer tembakan langsung yang belum pernah terjadi sebelumnya di enam wilayah yang mengelilingi Taiwan.
Menteri Luar Negeri Cina, Wang Yi menyebut kunjungan Pelosi ke Taiwan sebagai tindakan yang tidak bertanggung jawab dan sangat tidak rasional. Ia menyampaikan bahwa Cina telah melakukan upaya diplomatik sepenuhnya untuk mencegah krisis, tetapi tidak akan pernah membiarkan kepentingan intinya dilukai.
“Hukuman kami terhadap orang-orang yang pro-kemerdekaan Taiwan, kekuatan eksternal masuk akal, sah,” kata Kantor Urusan Taiwan yang berbasis di Beijing.
Cina selalu menganggap Taiwan sebagai bagian wilayahnya dan menggunakan kekuatan untuk membawa Taiwan berada di bawah kendalinya. Maka dari itu, kunjungan Pelosi dianggap sebagai ancaman terhadap perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan.
“Kunjungan itu memiliki dampak yang parah pada landasan politik Cina-AS, hubungan dan secara serius melanggar kedaulatan dan integritas teritorial Cina,” kata Kementerian Luar Negeri Cina.
Kemarahan Cina tak hentikan Pelosi
Nancy Pelosi merupakan pejabat tinggi AS pertama yang mengunjungi Taiwan dalam 25 tahun terakhir. Hal ini dianggap sebagai provokasi besar oleh Cina, sehingga peringatan pun diluncurkan sebagai ancaman yang semakin keras. Namun demikian, Pelosi menyatakan bahwa kemarahan Cina tidak akan menghentikan para pemimpin dunia untuk bepergian ke Taiwan.
“Delegasi kami datang ke Taiwan untuk memperjelas bahwa kami tidak akan meninggalkan Taiwan,” kata Pelosi kepada Presiden Taiwan Tsai Ing-wen. “Sekarang, lebih dari sebelumnya, solidaritas Amerika dengan Taiwan sangat penting, dan itulah pesan yang kami bawa ke sini.”
Tanggapan Rusia
Sedangkan, Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov mengatakan bahwa kunjungan Nancy Pelosi ke Taiwan adalah upaya yang disengaja oleh Washington untuk mengganggu Cina. Menurutnya, kejadian ini membuktikan bahwa AS kebal hukum internasional.
"Saya tidak melihat alasan lain untuk membuat gangguan seperti itu hampir tiba-tiba, mengetahui dengan baik apa artinya bagi Republik Rakyat Cina," kata Lavrov dikutip dari Reuters.
Maria Zakharova, juru bicara kementerian luar negeri Rusia, menggunakan bahasa yang lebih keras lagi, menyebut AS sebagai ‘provokator negara’ dan menyatakan dalam pemebritaan Fortune.com (4/8) bahwa Rusia "mengkonfirmasi prinsip One China Policy dan menentang kemerdekaan pulau itu dalam bentuk apa pun.”