Tekan Food Waste, Kemenparekraf Luncurkan Sustainable Food Tourism

Food waste di Indonesia mencapai 23-48 juta ton per tahun.

Tekan Food Waste, Kemenparekraf Luncurkan Sustainable Food Tourism
Penandatanganan MoU Sustainable Food Tourism. (Tangkapan layar)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) dan Surplus Indonesia bekerja sama dengan jaringan hotel Swiss-Bellhotel, Artotel Group, dan Ascott Limited Indonesia, meluncurkan program Sustainable Food Tourism. Program ini diluncurkan guna mengurangi angka sampah makanan (food waste) di Indonesia,

Menparekraf, Sandiaga Salahuddin Uno, mengatakan, masalah sampah makanan merupakan ironi di Indonesia. Global Hunger Index 2021 mencatat, tingkat kelaparan di Indonesia menempati peringkat ketiga Asia Tenggara. Jumlah sampah makanan yang terbuang di Indonesia sejak tahun 2000-2019 mencapai 23-48 juta ton per tahun atau setara 115-184 kilogram per kapita per tahun.

“Melalui kolaborasi Kemenparekraf bersama Surplus Indonesia dan jaringan hotel diharapkan upaya bersama ini dapat menekan laju food waste dan food loss pada industri perhotelan dan berkomitmen bersama dalam menyelesaikan permasalahan food waste dan food loss,” ujar Sandiaga seperti dikutip di laman Kemenparekraf, Selasa (23/8).

Kerugian dari makanan terbuang mencapai Rp551 trilun per tahunnya

Menparekraf, Sandiaga S. Uno, dalam WPB Senin (22/8). (Tangkapan layar)

Sandiaga mengatakan, jumlah makanan terbuang per tahunnya mencerminkan kerugian ekonomi negara mencapai Rp551 triliun per tahun. Angka ini setara dengan lima persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.

Akibat makanan yang terbuang, Indonesia kehilangan kandungan energi setara 125 juta penduduk Indonesia, ditambah emisi karbon yang terjadi. “Kondisi ini merupakan masalah kita bersama, terutama pada sektor industri pariwisata pada hotel dan restoran yang memiliki fasilitas food and beverage,” ujarnya.

Sustainable Food Tourism sebagai solusi

CEO dan Founder Surplus Indonesia, Agung Saputra. (tangkapan layar)

CEO dan Founder Surplus Indonesia, Agung Saputra, mengatakan Sustainable Food Tourism diharapkan jadi solusi dari hulu, agar makanan layak tak terbuang sia-sia. Dengan demikian, masyarakat bisa menyelamatkan makanan berlebihan, paling tidak dimulai dari tiga jaringan hotel yang terlibat dalam program ini.

Nantinya, masyarakat dapat menikmati makanan yang lebih (overstock) dari industri perhotelan, dengan membayar setengah dari harga asli makanan tersebut. “Target kita di tahun 2023 dapat menyelmatkan lebih dari 100 ton makanan dari industri perhotelan yang dapat mencegah kerugian finansial 5-10 miliar rupiah dan mencegah terjadi lebih dari 1.000 gas CO2 yang dihasilkan dari 100 ton makanan,” ujarnya.

Dengan program ini, masalah food loss atau makanan terbuang sebelum mencapai konsumen, dapat diatasi dari misi mengatasi food waste yang mengacu pada penurunan kualitas dan kuantitas di tingkat ritel, jasa penyedia makanan, dan konsumen.

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

Most Popular

Harga Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Hari Ini, 21 November 2024
Beban Kerja Tinggi dan Gaji Rendah, Great Resignation Marak Lagi
Terima Tawaran US$100 Juta Apple, Kemenperin Tetap Tagih Rp300 Miliar
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 21 November 2024
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Tolak Wacana PPN 12 Persen, Indef Usulkan Alternatif yang Lebih Adil