Jakarta, FORTUNE – United State Secret Service (USSS) atau Dinas Rahasia AS mendapat banyak kecaman, usai insiden penembakan calon Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, Sabtu (13/7) lalu.
Mengutip laporan, Fortune.com (15/7), pelaku sudah berhasil dilumpuhkan oleh salah satu dari empat tim anti sniper yang bertugas, di mana dua dari USSS dan dua dari pihak keamanan setempat. Meski sigap, namun tak menepis kenyataan bahwa USSS sudah ‘kecolongan’ dalam hal pencegahan.
Lantas, seperti apa tugas dan tanggung jawab USSS?
Tugas USSS
USSS pertama didirikan pada 1865, untuk memerangi pemalsuan mata uang AS setelah civil war. Sedangkan menurut laman secretservice.gov, tugas spesifik melindungi Presiden sendiri baru dimulai pada 1901, saat trejadi insiden pembunuhan presiden William McKinley di Buffalo, New York.
Pada 20 Mei 1998, terjadi perluasan misi perlindungan USSS lewat Presidential Decision Directive 62 (PDD 62), yang menjadikan USSS sebagai badan federal utama dengan tugas mengoordinasikan pengembangan dan penerapan rencana keamanan untuk Peristiwa Keamanan Khusus Nasional (NSSE), seperti konvensi partai politik besar, pelantikan presiden, pertemuan pemimpin dunia, pertemuan organisasi internasional seperti PBB, acara olahraga nasional dan internasional, pidato kenegaraan, maupun pemakaman kenegaraan.
Untuk tugas perlindungan terhadap tokoh penting pemerintahan atau VIP seperti Presiden maupun mantan Presiden AS, setiap agen USSS dilatih selama 11 minggu di Pusat Pelatihan Penegakan Hukum Federal di bidang hukum, senjata api, taktik pertahanan, dan penulisan laporan.
Pelatihan tambahan selama 16 minggu dilakukan setelah mereka tiba di Washington DC, yang mencakup teknik mengemudi tingkat lanjut, perlindungan fisik, pendeteksian uang palsu, dan penipuan kartu kredit.
Laman resmi US Department of Homeland Security, menunjukkan bahwa ada dua jenis pekerjaan utama USSS, yakni investigasi dan perlindungan. Khusus investigasi, USSS bisa ditugaskan dalam operasi siber, investigasi kriiminal, dan mendukung investigas; melawan pemalsuan uang; berperan dalam layanan forensik; serta mengatasi kejahatan elektronik atau finansial.
Sementara, untuk perlindungan, USSS memiliki tugas utama melindungi Presiden dan Wakil Presiden, beserta seluruh anggota keluarganya. Hal ini termasuk mantan presiden dan wakil presiden, beserta keluarganya, serta kandidat calon Presiden AS yang mencalonkan diri. Bahkan, ada beberapa yang ditugaskan melindungi Duta Besar AS atau pemimpin penting dari AS yang tinggal atau bekerja di luar negeri.
Agen USSS yang tergabung dalam Uniformed Division bertugas melindungi bangunan dan tempat-tempat lainnya yang dipakai para pemimpin AS dan tamu luar negeri, seperti White House, rumah wakil Presiden, kantor Departemen Keuangan, sampai kantor kedutaan asing di Washington DC.
Tim ini memiliki unit khusus, seperti The Canine Unit (unit anjing); Emergency Response Unit; Countersniper Team; Motorcade Support Team (pengiring mobil); dan Crime Scene Search Unit (investigasi).
Perlindungan mantan Presiden
Mengutip artikel yang ditayangkan oleh CBC News (17/4), perlindungan bagi Presiden AS yang menjabat beserta keluarga terdekat mereka tak bisa diubah banyak dan masih terus berlaku hingga saat ini.
Namun, pada 1958, Undang-Undang Mantan Presiden pun disahkan dan membawa klausul perlindungan seumur hidup bagi mantan Presiden, pasangan, dan anak-anaknya–sampai usia 15 tahun. Meski begitu, masa berlaku perlindungan bagi anak Presiden pun diperpanjang pada masa pemerintahan Bill Clinton dan George W. Bush.
Mantan agen USSS, Tim Miller, mengatakan bahwa USSS bertanggung jawab melindungi mantan Presiden setiap saat sebagai bagian tanggung jawab lembaga ini. “Mereka akan mengawasi dan secara langsung mengoordinasikan semua tingkat keamanan ke mana pun (mereka) pergi,” katanya kepada CBC News.
Jumlah agen yang bertugas melindungi mantan Presiden, bergantung pada potensi ancaman dan berapa lama mereka sudah tak menjabat. Namun, tingkat keamanan didasarkan pada apa pun yang dianggap tepat oleh USSS, melalui kemampuan intelijen dan koordinasinya, sebagai bentuk perlindungan.
Penulis ‘In the President's Secret Service: Behind the Scenes With Agents in the Line of Fire’, Ronald Kaessler, menambahkan bahwa biasanya setiap mantan Presiden AS yang baru purna tugas, akan didampingi oleh setidaknya empat orang agen, ketika mereka melakukan berbagai aktivitas.
"Ada perlindungan 24 jam sehari. Jadi, Anda memerlukan tiga shift dan hari libur, dan itu menambah jumlah agen,” ujarnya.
Penambahan jumlah personel pun sangat dimungkinkan. Ia mencontohkan, George W. Bush, memiliki tingkat ancaman yang cukup tinggi usai purna tugas dari jabatan Presiden AS. Ia (Bush) memiliki sekitar 75 petugas yang melindungi dia dan istrinya, Laura, dengan pergantuan giliran kerja sepanjang waktu.
Perlindungan seumur hidup bagi mantan Presiden sebenarnya sempat ditangguhkan pada masa pemerintahan Clinton di tahun 1994, untuk memangkas biaya. Kongres AS pun mengubahnya menjadi perlindungan selama 10 tahun saja. Tapi, aturan ini dikembalikan menjadi seumur hidup pada masa Presiden Barack Obama pada 2012.
Selain itu, pada 1985, Richard Nixon, jadi sosok mantan Presiden AS pertama dan satu-satunya yang membatalkan perlindungan seumur hidup, untuk menghemat anggaran pemerintah. Dia kemudian menyewa penjaga pribadi sendiri.
Trump berbeda
Khusus untuk Trump, prosedur pengamanan sedikit berbeda. Miller mengungkapkan bahwa Trump bukan saja mantan Presiden, namun juga calon Presiden berikutnya setelah Biden. Hal ini juga menambah penjagaannya kian ketat, karena kandidat Presiden juga berhak mendapatkan perlindungan USSS.
Berbeda dengan Bush yang lebih banyak menghabiskan waktu pensiunnya sebagai Presiden AS di peternakan, Trump justru akan melakukan banyak perjalanan dari satu tempat ke tempat lainnya. “Anda tidak bisa mengizinkan siapa pun untuk mengambil alih perlindungan dari orang yang dilindungi USSS selain USSS itu sendiri,” kata Miller.
Juru bicara USSS, Anthony Guglielmi, sempat menampik rumor yang beredar bahwa pihaknya menolak pengajuan penambahan personil yang diajukan tim kampanye Trump. “Faktanya, baru-baru ini USSS menambahkan sumber daya dan kemampuan perlindungan pada detail keamanan mantan Presiden tersebut,” katanya seperti dikutip dari CNN.Com (14/7).
Menurutnya, baik Presiden maupun mantan Presiden AS, kerap rentan menjadi sasaran penyerangan, sehingga USSS harus selalu siap mengantisipasi setiap potensi ancaman tersebut dengan serius, dan juga mengevaluasi lingkungan ancaman yang sangat dinamis dan meresponsnya dalam memenuhi tanggung jawabnya.