Jakarta, FORTUNE – Wakil Presiden (Wapres) Republik Indonesia, Ma’ruf Amin, mengungkapkan empat strategi pemanfaatan energi minyak dan gas (migas) di tengah upaya transisi energi.
Ma'ruf mengatakan, sektor migas masih dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi serta menjaga ketahanan dan kemandirian energi di Indonesia. “Ini menunjukkan peran vital gas bumi, baik dalam pemenuhan kebutuhan energi nasional maupun dalam kebijakan bauran energi di Indonesia,” ujanya saat meresmikan dua Proyek Strategis Nasional (PSN) Jambaran Tiung Biru (JTB) serta Lapangan Gas MDA dan MBH di Surabaya, Rabu (8/2).
Gas bumi merupakan energi fosil paling bersih dan banyak digunakan setelah minyak bumi dan batu bara. Pemenuhan kebutuhan gas ini diharapkan akan memacu geliat dunia usaha, yang berujung pada kemajuan perekonomian masyarakat, di tingkat regional sekaligus nasional.
Berikut ini adalah 4 strategi yang disampaikan oleh Wapres untuk meningkatkan pemanfaatan migas di era transisi energi.
1. Pencapaian target produksi
Strategi pertama adalah meningkatkan realisasi target produksi migas. “Minyak bumi sebesar 1 juta barel per hari dan gas bumi 12 miliar standar kaki kubik per hari pada tahun 2030 atau lebih cepat,” ujarnya.
Hal ini, menurut Ma’ruf perlu didukung kepastian dan kemudahan perizinan agar mampu mempercepat komersialisasi. Selain itu, cadangan gas yang sudah ditemukan proses pengembangannya dipercepat, sehingga gas bisa tetap menjadi komoditas unggulan Indonesia.
2. Penyelesaian desain kebijakan gas nasional
Strategi ini, mencakup rancangan besar terkait gas berikut kebutuhan industri. Kebutuhan gas untuk pupuk, pembangkit listrik, industri petrokimia, dan industri lainnya harus dapat diidentifikasi dan dicukupi untuk mendorong tumbuhnya industri di Tanah Air.
Sementara itu, penetapan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) juga harus memperhatikan unsur keadilan dan keseimbangan manfaat yang diterima oleh produsen gas, industri yang menggunakan gas, dan pemerintah.
3. Penyelesaian pembangunan infrastruktur gas
Wapres mengatakan bahwa pembangunan infrastruktur, seperti jaringan pipa transmisi Cirebon–Semarang dan Dumai–Sei Mangkei, serta pembangunan terminal penerima, regasifikasi dan moda transportasinya perlu dipercepat. Hal ini akan mempermudah penyaluran kelebihan pasokan gas di Jatim dan Aceh dan kilang Tangguh.
“Lokasi lapangan gas yang jauh, bahkan ada yang berada di laut, tentunya membutuhkan infrastruktur yang baik untuk menyalurkan gas ke titik-titik industri maupun pembangkit,” ujar Wapres.
4. Pemanfaatan teknologi rendah karbon
Ma’ruf menyampaikan bahwa strategi terakhir yang bisa dilakukan adalah pemanfaatan teknologi rendah karbon dalam industri migas. “SKK Migas dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) agar menggunakan teknologi rendah emisi dalam kegiatan operasinya, sehingga dapat ikut berkontribusi pada pencapaian target Net-Zero Emission,” katanya.
Sejalan dengan peningkatan produksi energi migas, strategi-strategi ini menunjukkan komitmen bersama dalam meningkatkan target penurunan emisi Indonesia, dari 29 persen menjadi 31,89 persen pada tahun 2030 dengan kemampuan sendiri, dan dari 41 persen menjadi 43,20 persen dengan dukungan internasional, serta target Net-Zero Emission pada tahun 2060 atau lebih cepat.