Jakarta, FORTUNE – Ratu Elizabeth II dikabarkan meninggal usia pada usia 96 tahun. Sebagai anggota tertinggi dari Kerajaan Inggris, takhta Ratu Elizabeth II akan turun kepada Pangeran Charles, putranya. Tak hanya takhta, ia juga dikabarkan meninggalkan sejumlah harta. Apa sajakah itu?
Diketahui, Ratu Elizabeth II meninggalkan lebih dari US$500 juta aset pribadi yang diperoleh selama 70 tahun bertakhta.
Melansir Fortune.com, Jumat (9/9), sebagian besar harta berupa aset pribadi Ratu Elizabeth II berasal dari investasi, koleksi seni, perhiasan, dan kepemilikan properti–seperti Rumah Sandringham dan Kastil Balmoral. Sepeninggal Sang Ratu, harta ini akan diwariskan kepada Pangeran Charles ketika ia naik tahta.
Dari harta mendiang Ratu Elizabeth II, sekitar US$70 juta diwarisi dari Ibunya saat beliau meninggal tahun 2002. Harta warisan ini berupa investasi dalam lukisan–karya Monet, Nash, dan Carl Fabergé–koleksi perangko, porselen halus, perhiasan, kuda, dan bahkan koleksi telur Faberge yang berharga.
Satu hal yang menarik, adanya klausul khusus pembebasan pajak warisan bagi pemegang tahta Kerajaan Inggris. Ratu Elizabeth II terbebas dari pajak harta warisan sang Ibu Suri, begitu juga Pangeran Charles nantinya. Padahal, di Inggris, pajak warisan adalah sekitar 40 persen yang dibebankan pada bagian harta properti yang berada di ambang batas bebas pajak sebesar 325 ribu poundsterling.
Gaji yang diterima Ratu Inggris
Bicara mengenai kekayaan pribadi, menarik untuk mengetahui lebih jauh tentang gaji Ratu Inggris sebagai pemegang tahta tertinggi Kerajaan Inggris. Setiap tahunnya, Ratu Elizabeth II dikabarkan menerima lebih dari 86 juta poundsterling yang dialokasikan untuk perjalanan resmi, pemeliharaan properti, dan biaya operasi Istana Buckhingham.
Ratu menerima pendapatan ini melalui dana pembayar pajak yang dikenal sebagai Sovereign Grant, yang dibayarkan setiap tahun kepada keluarga kerajaan Inggris. Kesepakatan ini pertama kali dibuat oleh Raja George III yang menetapkan pendapatannya dari Parlemen secara tahunan dan terus bergulir hingga generasi keluarga kerajaan selanjutnya.
Aset real estat yang dikelola Firma Kerajaan
Selain harta kekayaan pribadi dan pembayaran tahunan dari masyarakat, kekayaan Ratu Elizabeth juga tercermin dari total kekayaan yang dimiliki oleh Kerajaan Inggris. Porsi terbesar datang dari The Royal Firm atau Firma Kerajaan Inggris, yang memiliki nilai US$28 miliar aset real estat.
Firma ini dikenal juga sebagai Monarchy PLC, sekelompok anggota senior dan figur publik House of Windsor–keluarga kerajaan yang berkuasa dengan Ratu sebagai pimpinannya. Mereka mengoperasikan bisnis kerajaan secara global dengan memompa ratusan juta poundsterling ke dalam ekonomi Inggris setiap tahunnya, baik melalui acara televisi maupun pariwisata.
Adapun real estat yang mencapai miliaran dolar Amerika Serikat ini tidak dapat dijual, namun dapat menjadi peningkat ekonomi Kerajaan. Harta kekayaan properti kerajaan ini terdiri dari The Crown Estate senilai US$19,5 miliar; Istana Buckingham sebesar US$4,9 miliar; Kadipaten Cornwall senilai US$1,3 miliar; Kadipaten Lancaster US$748 juta; Istana Kensington senilai US$630 juta; dan The Crown Estate of Scotland sebesar US$592 juta.
Pendapatan The Crown Estate
Dari deretan kekayaan real estat Kerajaan Inggris di atas, The Crown Estate bernilai paling besar hingga US$19,5 miliar. The Crown Estate adalah kumpulan tanah dan kepemilikan milik monarki Inggris, yang dipegang oleh Ratu Elizabeth II. Tapi ini bukan milik pribadi yang dia miliki sendiri; dan dijalankan oleh dewan publik semi-independen.
Pada Juni lalu, Crown Estate mengumumkan laba pendapatan bersih US$312,7 juta untuk tahun keuangan 2021–2022. Jumlah ini meningkat US$43 juta dari tahun sebelumnya. “Dalam satu tahun penuh perubahan dan gangguan, portofolio kami yang beragam terus menunjukkan kekuatan dan ketahanannya melalui pengembalian kami ke dompet publik,” kata Dan Labbad, kepala eksekutif Crown Estate, seperti dikutip Fortune.com.
Sebagian dari keuntungan pendapatan ini digunakan untuk pendanaan Sovereign Grant yang digunakan untuk membayar pengeluaran resmi, seperti bayaran bagi Ratu Inggris, gaji staf, keamanan, perjalanan, rumah tangga, dan pemeliharaan istana.
Awalnya, pembagian keuntungan dalam bentuk hibah untuk Souvereign Grant mencapai 15 persen, tapi pada 2017–2018 meningkat jadi 25 persen demi pemugaran Istana Buckingham, tapi seharusnya dikurangi jadi 15 persen kembali pada tahun 2028.
Apa itu Privy Purse?
Meski sudah mendapat bayaran dari Souvereign Grant, pengeluaran Ratu dan keluarga besarnya ternyata dibayarkan lewat tunjangan terpisah yang disebut Privy Purse. Sumber pendapatan ini adalah portofolio properti dan aset dari Kadipaten Lancaster, yang telah dipercaya sejak abad ke-14 untuk jadi pendapatan pribadi Raja dan Ratu Inggris.
“Pada akhir Maret 2022, Kadipaten Lancaster memiliki US$652,8 juta aset bersih di bawah kendalinya, surplus bersih yang dihasilkan mencapai US$24 juta, ini berupa properti dan aset keuangan,” kata sebuah pernyataan di situs web Duchy of Lancaster.
Aset bersih memang tidak dimiliki langsung oleh Sang Ratu, tetapi kelebihan dana sebesar US$24 juta akan dikenakan pajak dan digunakan untuk menutupi pengeluaran Kerajaan Inggris yang belum ditanggung oleh Souvereign Grant.