Jakarta, FORTUNE – Pandemi Covid-19 belum ditetapkan menjadi endemi, muncul penyakit lain yang tak kalah mengkhawatirkan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan darurat kesehatan global dengan tingkat kewaspadaan tertinggi atas wabah cacar monyet ayang telah meluas ke lebih 70 negara.
Melansir Reuters, Senin (25/7), Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa status Darurat Kesehatan Masyarakat yang menjadi Perhatian Internasional (PHEIC) ini dirancang untuk memicu respons masyarakat dunia agar saling terkoordinasi, baik untuk membuka pendanaan dalam kolaborasi terkait langkah vaksinasi maupun perawatan.
“Meskipun saya menyatakan (cacar monyet) darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional, tapi saat ini wabah ini sebagian besar terjadi di antara pria yang berhubungan seks dengan pria, terutama mereka yang memiliki banyak pasangan seksual,” kata Tedros. “Stigma dan diskriminasi bisa sama berbahayanya dengan virus apa pun."
Tedros meminta seluruh masyarakat dunia tetap waspada dan bersiap untuk menggelar respons intensif, terutama dalam mengurangi penyebaran cacar monyet.
Cacar monyet makin menyebar secara global
Menurut data terakhir yang dikeluarkan WHO, lebih dari 16.000 kasus cacar monyetterjadi di sekitar 75 negara. Bahkan, sekitar 65 negara yang terpapar bukan wilayah endemik. Sebanyak lima orang di Afrika dilaporkan meninggal dunia akibat penyakit ini.
Cacar monyet menyebar melalui kontak dekat dan pertama kali ditemukan pada monyet, sebagian besar terjadi di Afrika Barat dan Tengah. Virus ini ditularkan dari hewan yang terinfeksi ke manusia, melalui kontak secara langsung maupun tak langsung. Sedangkan, penularan dari manusia ke manusia dapat terjadi melalui kontak langsung dengan kulit, termasuk tatap muka, kulit ke kulit, dan droplet melalui pernapasan.
Penularan juga dapat terjadi dari bahan yang terkontaminasi seperti kain linen, tempat tidur, elektronik, serta pakaian. Adapun gejala yang ditimbulkan cenderung mirip flu dan lesi kulit–perubahan tidak normal di area kulit, biasanya berupa benjolan–yang berisi nanah.
Walau sudah menginfeksi ribuan orang di banyak negara, Tedros sejauh ini menganggap risiko cacar monyet secara global masih dalam situasi moderat. Namun demikian, menurut WHO, cacar monyet di Eropa sudah berisiko tinggi.
Sambutan baik pakar kesehatan dunia
Banyak pakar kesehatan dunia menyambut baik deklarasi WHO tetapkan cacar monyet ke dalam PHEIC. Mereka berpendapat, keputusan ini akan membantu menahan penyebaran penyakit tersebut menjadi wabah yang tidak diinginkan.
Lawrence Gostin, profesor di Georgetown Law di Washington, D.C.menyebut keputusan WHO tersebut tergolong berani secara politis. “Hasil yang tepat sudah jelas–tidak menyatakan keadaan darurat pada saat ini akan menjadi kesempatan bersejarah yang terlewatkan,” katanya seperti dikutip Reuters.
Selain Gostin, Josie Golding, kepala epidemi dan epidemiologi di Wellcome Trust menyampaikan bahwa keputusan ini sudah benar. “Kita tidak bisa terus menunggu penyakit meningkat sebelum kita melakukan intervensi,” ucapnya.
Cara penularan masih terus dikaji
Salah satu masalah utama terkait cacar monyet yang masih dikaji adalah kemungkinan penyebarannya ke kelompok lain, terutama anak-anak atau orang yang rentan terhadap virus pada wabah sebelumnya di negara-negara endemik.
Reuters melaporkan, pada hari Jumat (22/7) lalu, Amerika Serikat telah mengidentifikasi dua kasus cacar monyet pertama pada anak-anak. Melihat perkembangan ini, WHO pun menyampaikan akan semakin mendalami penerbaran virus cacar monyet melalui metode penularan lainnya.