Buangan SO2 Eskom Lampaui AS, Tiongkok, dan Uni Eropa

Polusi udara dari SO2 sangat mengancam nyawa.

Buangan SO2 Eskom Lampaui AS, Tiongkok, dan Uni Eropa
Kantor Pusat Eskom di Johannesburg, Afrika Selatan. Shutterstock/Rich T Photo
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Perusahaan penyalur setrum terbesar di benua Afrika, Eskom, menjadi penyumbang terpokok emisi berbahaya sulfur dioksida atau SO2 di dunia. Demikian hasil kajian lembaga nirlaba Center for Research on Energy and Clean Air (CREA) yang dirilis pada Selasa (5/10). 

Menurut riset tersebut, firma pelat merah Afrika Selatan yang merupakan pembangkit listrik terakbar di benua Afrika itu membuang lebih banyak SO2 dibandingkan pemasok daya mana pun di seluruh Bumi pada 2019. 

Bahkan, menurut studi dimaksud, Eskom menghasilkan sulfur dioksida—emisi penting pada instalasi pembangkit listrik tenaga batu bara—lebih banyak dari sektor kelistrikan di Tiongkok, Amerika Serikat (AS), dan Uni Eropa (UE). Bahkan, buangan SO2 Eskom pun lebih besar dari emisi sama dari Tiongkok dan AS digabung. 

Membahayakan Nyawa

Analisis data oleh CREA menunjukkan Eskom merupakan pelaku pembuangan sulfur dioksida terbesar sejagat, melampaui seluruh emisi dari sektor kelistrikan negara mana pun di dunia, kecuali India. 

Emisi itu bertanggung jawab atas kenaikan tingkat pencemaran udara lingkungan sekitar. Sudah begitu, pencemaran yang sama menjadi penyumbang utama kematian sekitar 2.200 jiwa per tahun, demikian laporan CREA mengutip kajian pakar polusi udara Mike Holland. Catatan itu jadi terasa wajar karena emisi SO2 yang bergentayangan di udara membentuk partikel PM2.5 yang mematikan.

CREA menyatakan Eskom seperti bergeming dari kontes pengurangan emisi yang terjadi di banyak kawasan. Bahkan, perusahaan yang pernah masuk daftar pembangkit listrik terbesar dunia dalam hal kapasitas produksi dan penjualan itu malah melobi otoritas guna memperingan persyaratan emisi baginya. 

Muasal Emisi

Emisi sulfur dioksida yang sedang dibicarakan ini berasal dari 15 pembangkit Eskom yang ditenagai batu bara. Itu terjadi karena fasilitas pembangkit gagal memasang peralatan yang penting untuk proses desulfurisasi. Padahal, proses barusan disebut penting dalam meningkatkan kualitas batu bara dan mengurangi pencemaran lingkungan. 

Pasalnya, pemasangan teknologi itu bukan bualan mahalnya. Ongkos untuk menyematkannya pada satu pembangkit saja sekitar US$2,6 juta atau lebih dari Rp37 miliar. Eskom menghasilkan 44GW dari 15 pembangkitnya dan menghasilkan 1.600 ton SO2 pada tahun fiskal 2020-2021 menurut kajian CREA. 

Kinerja Payah

Regulator pasokan listrik Afrika Selatan, Nersa, pekan lalu menampik pengajuan tarif baru yang diajukan Eskom, demikian berita dilansir Reuters

Menurut sang otoritas, diperlukan metodologi penentuan tarif yang lebih pas demi menjamin tarif listrik tetap berkelanjutan. Sialnya, Eskom kadung terlilit krisis keuangan dan harus berjuang keras dalam upaya mengalirkan setrum bagi sebagian besar wilayah Afrika Selatan yang telah tersentuh industrialisasi. Pergelutan itu terjadi karena fasilitas pembangkit tenaga batu baranya sudah dimakan usia. 

Jika proposal kenaikan tarif disetujui, Eskom bakal beroleh uang lebih besar dari para pelanggannya. 

Apa Itu Sulfur Dioksida

Laman Anekagas memampangkan definisi sulfur dioksida alias SO2 sebagai senyawa bentukan kombinasi unsur sulfur dan oksigen.

Sulfur dioksida tidak mudah terbakar atau meledak baik dalam bentuk gas maupun cairan. Sulfur dioksida adalah bahan kimia yang relatif stabil.

Sulfur dioksida memiliki sifat oksidasi dan menurunkan, pelarut yang sempurna bagi banyak kimia dan berfungsi sebagai pengawet pada beragam aplikasi makanan. Beberapa Industri yang memanfaatkan sulfur dioksida adalah petroleum, pulp and paper, gelas (kaca), pemanis buatan, minuman, tambang, pengolahan air dan air limbah, daya listrik, tekstil, pertanian dan kimia.

Magazine

SEE MORE>
Investor's Guide 2025
Edisi Januari 2025
Change the World 2024
Edisi Desember 2024
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024

Most Popular

Israel Serang Gaza Usai Sepakat Gencatan Senjata, 101 Warga Tewas
Mengapa Nilai Tukar Rupiah Bisa Naik dan Turun? Ini Penyebabnya
Cara Menghitung Dana Pensiun Karyawan Swasta, Ini Simulasinya
Konsekuensi Denda Jika Telat Bayar Cicilan KPR, Bisa Disita
Investor Asing Hengkang dari Pasar Obligasi Asia pada Desember 2024
Cara Mengurus Sertifikat Tanah Hilang, Biaya, dan Prosedurnya