Jakarta, FORTUNE - Lembaga think-tank dalam bidang Energi dan lingkungan, Institute for Essential Services Reform (IESR), dan Clean, Affordable and Secure Energy (CASE) for Southeast Asia Project mendorong anak-anak muda untuk menyuarakan urgensi bahwa Indonesia mesti berperan aktif dalam melakukan aksi iklim dan transisi energi berkeadilan untuk mencegah perburukan krisis iklim global.
Suara, aspirasi, dan keprihatinan generasi ini perlu didengar oleh para pembuat kebijakan dan para pemimpin Indonesia.
Untuk memfasilitasi partisipasi anak-anak dan orang muda dalam menyuarakan aksi iklim, Forum Youth Climate Conference (YCC) pertama digelar di Auditorium BRIN, Jakarta pada Sabtu (27/7/2024), yang didukung sejumlah organisasi masyarakat sipil di Indonesia yang bergerak pada bidang energi, lingkungan, iklim dan anak-anak, seperti Yayasan Cerah Indonesia, Humanis Foundation, Wahana Visi Indonesia, Madani Berkelanjutan, Generasi Energi Bersih dan Koaksi Indonesia.
Iklima Green, salah satu perwakilan deklarator sekaligus siswa SMAN 4 Sukabumi meminta pemerintah Indonesia memaksimalkan pemanfaatan energi terbarukan yang ada, terutama pada sektor ketenagalistrikan, melalui transisi energi yang berkeadilan.
“Sebagai calon pemimpin masa depan, kami membutuhkan dukungan dan kesempatan dari pemangku kepentingan untuk dilibatkan dalam perumusan kebijakan. Keterlibatan kami dalam pembuatan kebijakan terkait krisis iklim dan transisi energi sangat penting untuk dapat memastikan keberlanjutan, keadilan, dan komitmen jangka panjang,” ujarnya dalam siaran pers yang dikutip Senin (29/4).
Dalam kaitan ini, Ervan Maksum, Deputi Bidang Sarana dan Prasarana, Kementerian PPN/Bappenas, mengatakan pihaknya tengah menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029 untuk mewujudkan visi Indonesia Emas 2045. RPJMN tersebut mencakup lima kerangka pembangunan esensial bagi generasi muda, yang satu di antara kerangkanya adalah meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing, melalui kesehatan dan pendidikan.
“Saya mendorong adanya pengembangan kepemimpinan, terutama bagi para remaja dan pemuda. Hal ini penting, agar bonus demografi mampu menjadi penopang Indonesia Emas 2045,” kata Ervan dikutip dari siaran pers yang sama.
Dalam 15 tahun terakhir, dunia menyaksikan temperatur Bumi yang memanas dengan terciptanya berbagai rekor panas baru dan menjadikannya sebagai tahun-tahun terpanas dalam periode ratusan ribu tahun.
Cuaca panas ekstrem itu mengganggu aktivitas manusia sehari-hari, menurunkan produktivitas kerja, dan bahkan dapat menyebabkan kematian.
“Kita harus melakukan upaya kolektif mendorong para pemimpin bangsa ini untuk memastikan aksi iklim Indonesia konsisten dengan tujuan Paris Agreement. Walaupun demikian, aksi setiap individu juga memiliki kontribusi penting dalam meredam laju krisis iklim,” kata Fabby Tumiwa, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR).