Dunia Menanti Petaka Iklim

Banyak pihak terlalu menganggap remeh dampak cuaca ekstrem.

Dunia Menanti Petaka Iklim
Ilustrasi banjir karena cuaca ekstrem. ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Tahun ini berbagai kawasan dunia diwarnai dengan berbagai berita mengenai pecah rekor suhu udara, juga hujan ekstrem yang menyebabkan banjir besar. 

Juli 2023 saja kemungkinan besar menjadi  bulan terpanas dalam lebih dari 120.000 tahun terakhir, menurut banyak ilmuwan, seperti ditulis oleh CNN

Namun, gelombang panas, kebakaran hutan, dan banjir yang terjadi akhir-akhir ini dipandang tidak menggambarkan kondisi yang sesungguhnya, sesuatu yang diistilahkan sebagai puncak gunung es. Pasalnya, seperti diungkapkan oleh lebih dari 40 ilmuwan yang ditanyai oleh media Inggris, The Guardian, kondisi ekstrem yang akan dihadapi planet ini pada tahun-tahun mendatang bisa jadi lebih buruk. Sebab, dunia saat ini memiliki keterbatasan dalam hal permodelan iklim sehingga sulit meraba dampak pemanasan global pada masa mendatang. 

"Juli lalu merupakan bulan terpanas dalam sejarah manusia, dan penduduk dunia merasakan konsekuensinya," kata Prof. Piers Forster, dikutip The Guardian. "[Panas] yang dirasakan saat ini akan menjadi hal normal pada musim panas 10 tahun lagi kecuali kita semua bekerja sama dan menempatkan urusan iklim sebagai prioritas dalam agenda kita." 

Menurut para ilmuwan itu, permodelan cuaca yang ada telah memberikan prediksi akurat mengenai peningkatan suhu udara dunia menyusul naiknya emisi gas rumah kaca. Namun, yang menjadi sorotan adalah sulitnya meramalkan peristiwa cuaca ekstrem yang langka. 

Di atas itu semua, para ilmuwan itu mengatakan masih ada peluang, meskipun sangat kecil, untuk dapat menghindar dari krisis iklim lebih buruk. Mereka kompak menyatakan dibutuhkannya satu aksi penting: memangkas pembakaran bahan bakar fosil hingga titik nol. 

"Kita harus menghentikan pembakaran bahan bakar fosil," kata Dr. Friederike Otto dari Imperial College London. "Sekarang." 

Perserikatan Bangsa-Bangsa akan menggelar konferensi tingkat tinggi urusan iklim pada 20 September tahun ini. "Nyaris semua indikator iklim kita salah sasaran," kata Amina Mohammed, Wakil Sekretaris Jenderal PBB. "Organisasi Meteorologi Dunia telah mewanti-wanti bahwa lima tahun lagi bakal pecah rekor suhu panas. Kami berharap para pemimpin [politik], sektor swasta, dan organisasi masyarakat sipil akan bergabung pada KTT itu dengan aksi dan komitmen yang kredibel dan ambisius."
 

Magazine

SEE MORE>
Investor's Guide 2025
Edisi Januari 2025
Change the World 2024
Edisi Desember 2024
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024

Most Popular

WTO Buktikan Uni Eropa Diskriminasi Minyak Sawit Indonesia
Daftar 10 Saham Blue Chip 2025 Terbaru
Selain Bukalapak, Ini 7 e-Commerce yang Tutup di Indonesia
Israel Serang Gaza Usai Sepakat Gencatan Senjata, 101 Warga Tewas
Suspensi Saham RATU Resmi Dicabut, Jadi Top Gainers
Mengapa Nilai Tukar Rupiah Bisa Naik dan Turun? Ini Penyebabnya