Perusahaan Online Cina Digerebek Karena Dicurigai Perdagangkan Orang

Lebih dari 2.700 orang diamankan.

Perusahaan Online Cina Digerebek Karena Dicurigai Perdagangkan Orang
Ilustrasi kejahatan siber. Shutterstock/Sergey Nivens
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Sebuah perusahaan online Cina diserbu oleh 2.000 petugas kepolisian Filipina menyusul laporan dari pegawainya mengenai gaji yang telat dibayarkan, aktivitas pelacuran, dan penipuan perjodohan online. 

Xinchuang Network Technology Inc, yang beroperasi di sebuah kompleks bangunan di Manila, Filipina, digerebek pihak berwenang--yang kemudian menyita data komputer dan brankas yang dicurigai berisi barang-barang terkait perdagangan orang dan penipuan perjodohan online.

Lebih dari 2.700 orang, yang mencakup 1.534 warga Filipina dan 1.190 orang asing, diamankan.

Dari semua warga negara asing itu, 604 orang berasal dari Cina dan sisanya dari berbagai negara, demikian laporan dari South China Morning Post

Lima warga negara Cina dikenai dakwaan perdagangan orang. 

Sejauh ini, jumlah orang yang diamankan dari sejumlah bangunan di kompleks tersebut merupakan yang terbesar. Itu menjadi indikasi mengenai bagaimana Filipina telah menjadi basis penting kegiatan sindikat kejahatan siber. 

Kompleks yang oleh warga setempat dinamai Hongtai itu berisi ribuan komputer, sekitar 3.000 pegawai, dan puluhan brankas. Di dalamnya juga terdapat klub malam, "ruang bermesraan", dan sejumlah apartemen.

Operasional Xinchuang disamarkan dari khalayak luas berkat adanya dinding tinggi berkawat. 

Salah satu pemicu penggerebekan itu adalah secarik surat yang dikirimkan oleh tiga perempuan ke Presiden Ferdinand Marcos Jr. 

Para perempuan itu menuliskan keluhannya tentang upah mereka yang terlambat sebagai "staf khusus" yang meladeni para "manajer" Xinchuang. Mereka mengeklaim Xinchuang menjalankan usaha pelacuran dengan memanfaatkan para pekerja gelap serta perdagangan orang. 

Seorang pejabat kepolisian mengatakan di antara aduan yang diterima adalah "insiden kejahatan siber" yang disaksikan langsung oleh ketiganya. 

Bagaimanapun, pihak Xinchuang menampik tudingan dan menegaskan bahwa perusahaan tersebut merupakan penyedia layanan online yang berizin.

Para warga negara asing itu belum bisa dibebaskan karena pihak kepolisian masih menelusuri seluruh wilayah kompleks tersebut. 

Korban dari Indonesia

Lepas dari peristiwa tersebut, warga Indonesia pernah menjadi korban kasus perdagangan orang di Filipina pada Mei lalu, yang menurut Polri jumlahnya mencapai 239 orang, sebagaimana diberitakan Merdeka

Itu hasil dari tindak lanjut Divisi Hubungan Internasional Polri yang berhasil menyingkap kasus penipuan terbesar di Filipina, yang melibatkan perdagangan orang terhadap warga Indonesia.

Pengungkapan kasus itu berhasil seterut dengan kerja sama antara Polri dengan kepolisian Filipina.

"[Atase Polri] Manila mendampingi PNP (Kepolisian Nasional Filipina) telah melaksanakan rescue terhadap 1.000 lebih warga negara asing di Filipina, termasuk 155 WNI korban trafficking in person," kata Kepala Divisi Hubungan Internasional (Kadiv Hubinter), Inspektur Jenderal Krishna Murti, dikutip Merdeka.

Proses evakuasi melibatkan 200 petugas Kepolisian Nasional Filipina.

Selain itu, 1.000 pelaku dan pekerja pelaku scamming ditemukan oleh Kepolisian Filipina, dan mereka berasal dari sejumlah negara.

Magazine

SEE MORE>
Investor's Guide 2025
Edisi Januari 2025
Change the World 2024
Edisi Desember 2024
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024

Most Popular

Israel Serang Gaza Usai Sepakat Gencatan Senjata, 101 Warga Tewas
Mengapa Nilai Tukar Rupiah Bisa Naik dan Turun? Ini Penyebabnya
Cara Menghitung Dana Pensiun Karyawan Swasta, Ini Simulasinya
Konsekuensi Denda Jika Telat Bayar Cicilan KPR, Bisa Disita
Investor Asing Hengkang dari Pasar Obligasi Asia pada Desember 2024
Cara Mengurus Sertifikat Tanah Hilang, Biaya, dan Prosedurnya