IMF: Butuh Dana Hibah US$10 Miliar untuk Atasi Pandemi di Masa Depan

Kerugian kumulatif akibat pandemi mencapai US$13,8 triliun.

IMF: Butuh Dana Hibah US$10 Miliar untuk Atasi Pandemi di Masa Depan
Shutterstock/Bumble Dee
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Chicago, FORTUNE- Empat organisasi yang berfokus pada global kesehatan dan ekonomi termasuk Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan kebutuhan dana hibah US$15 miliar tahun ini dan US$10 miliar per tahun setelahnya. Estimasi dana itu untuk membangun dan memelihara perangkat memadai dalam mengatasi evolusi Covid-19 dan mengatasi ancaman pandemi di masa depan.

Prediksi itu tercantum dalam sebuah makalah kerja berjudul A Global Strategy to manage the Long-term Risks of Covid-19 atau Strategi Global untuk Mengelola Risiko Jangka Panjang Covid-19.

Makalah itu diterbitkan pada Selasa (5/4) oleh IMF bersama mitra lainnya, yakni Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI) dan The Global Fund dan Wellcome Trust.

Misi mengakhiri pandemi global

Ilustrasi Omicron. (Pixabay/BelnderTimer)

Dalam makalah tersebut, empat kelompok global mengatakan bahwa mengakhiri pandemi di berbagai belahan dunia tetap menjadi prioritas ekonomi, kesehatan dan moral yang mendesak. Hingga Januari 2022, IMF juga memperkirakan pandemi Covid-19 telah mengakibatkan kerugian kumulatif US$13,8 triliun.

"Mengingat banyak kemungkinan skenario evolusi Covid-19 (dari jinak ke parah) dan mengingat sumber daya terbatas yang dimiliki negara, kami memerlukan strategi baru," kata Gita Gopinath, Wakil Direktur Pelaksana Pertama IMF dalam sebuah pernyataan, dilansir dari Reuters pada Kamis (7/4).

Dalam jumpa pers, Gopinath mengatakan bahwa IMF kemungkinan akan merevisi dan menurunkan angka pertumbuhan globalnya akhir bulan ini. Koreksi pertumbuhan global tersebut memperhitungkan biaya invasi Rusia ke Ukraina dan pandemi yang berkelanjutan, biaya ekonomi dari gangguan yang lebih umum, dan perang di Ukraina akan sangat signifikan. Belum lagi, perkiraan biaya pandemi Covid-19 juga akan meningkat.

Sementara, negara-negara membutuhkan vaksin, tes, perawatan dan infrastruktur kesehatan yang lebih baik untuk mengatasi Covid-19 dan penyakit mematikan lain.

"Karena pandemi belum berakhir dan kami memiliki gangguan pada rantai pasokan yang berlanjut serta biaya lain termasuk sumber daya manusia, jumlah itu terus meningkat," tutur Gopinath.

Sains semakin berkembang

Vaksin Covid-19. (Pixabay/HakanGERMAN)

Jeremy Farrar, Direktur Wellcome Trust, melihat dua tahun terakhir kemungkinan akan terjadi kemajuan luar biasa jika dunia bersatu dan mendukung sains secara berani dalam skala besar dan lintas batas.

"Sekarang bukan waktunya untuk mereda, langkah virus selanjutnya sama sekali tidak pasti dan risiko varian baru tinggi," katanya.

Kepala Eksekutif CEPI Richard Hatchett mengatakan, vaksin akan sangat penting untuk setiap tanggapan di masa depan. Namun, pengadaan vaksin harus disertai dengan investasi dalam pengawasan global, penelitian dan pengembangan, manufaktur serta sistem kesehatan.

"Ini adalah krisis yang akan terus terungkap dan terurai dari waktu ke waktu jika kita tidak menempatkan sumber daya yang dibutuhkan untuk itu," kata Hatchett.

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

IDN Channels

Most Popular

Mega Insurance dan MSIG Indonesia Kolaborasi Luncurkan M-Assist
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 22 November 2024
Booming Chip Dorong Pertumbuhan Ekonomi Singapura
Pimpinan G20 Sepakat Kerja Sama Pajaki Kelompok Super Kaya
Dorong Bisnis, Starbucks Jajaki Kemitraan Strategis di Cina