Jakarta, FORTUNE - L’Oréal yang bekerja sama dengan Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan kelamin Indonesia (PERDOSKI) dan Universitas Indonesia untuk menghadirkan kembali program filantropi “Hair and Skin Research Grant 2022”.
Gelaran Hair & Skin Research Grant memang menjadi ajang para ilmuwan mengembangkan riset untuk memberi solusi atas masalah kulit dan rambut agar bisa menjawab tantangan zaman. Di tahun kedua program Hair & Skin Research Grant, L'Oreal meningkatkan dana hibah dari tahun menjadi total menjadi Rp375 juta untuk 5 tim pemenang.
Presiden Direktur L’Oréal Indonesia, Junaid Murtaza mengatakan pihaknya terus mendukung para peneliti untuk menghasilkan ide dan inovasi baru yang dapat membantu memberikan solusi untuk masalah dan tantangan global saat ini dan masa depan.
“Program filantropi ‘Hair & Skin Research Grant’ menjadi salah satu bukti bahwa kami senantiasa mendukung para peneliti,” katanya dalam keterangan resmi, Selasa (20/9).
Medical Director L’Oréal Research, Innovation and Technologies, dr. Michèle Verschoore menyebut saat ini pihaknya membentuk kecantikan melalui sains di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Namun, dibandingkan negara lain Indonesia dianggap memiliki jumlah dermatolog lebih sedikit.
Oleh karena itu, pihaknya ingin mengoptimalkan para peneliti yang ada, serta menumbuhkan minat akan sains dari generasi muda, termasuk melalui program filantropi Hair & Skin Research Grant.
Ketua Umum PERDOSKI dr. M. Yulianto Listiawan menjabarkan, penelitian terpilih telah memenuhi beberapa kriteria, yakni value and significance, scientific quality, originality, dan feasibility. Program ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih nyata dalam peningkatan kualitas perawatan rambut dan kulit yang dihadapi masyarakat sehari-harinya di Indonesia. Berikut ini lima penelitian terbaru dari tim pemenang Hair and Skin Research Grant 2022.
1. Potensi bawang hitam untuk antijerawat
Digawangi dr. Ambar Rialita, riset ini bertajuk Potensi Bawang Hitam Tunggal sebagai Anti-Jerawat yang Disebabkan Bakteri Propionibacterium acnes, Staphylococcus aureus, dan Staphylococcus epidermidis.
Riset ini meneliti bawang hitam untuk mengatasi jerawat. Tim menguji potensi ekstrak bawang hitam tunggal untuk menghambat pertumbuhan bakteri patogen penyebab jerawat Propionibacterium acnes, Staphylococcus aureus, dan Staphyllococcus epidermidis.
Ambar menerangkan bawang hitam mengandung senyawa aktif antibakteri yang lebih tinggi dibanding bawang putih segar. Senyawa aktif yang dimaksud antara lain allicin dan S-allyl cysteine (SAC) yang diketahui memiliki sifat antibakteri, untuk melawan bakteri berdinding sel tebal (bakteri Gram positif) maupun bakteri dengan dinding sel yang lebih tipis (Gram negatif).
2. Terapi untuk mengatasi kebotakan
Penelitian bertajuk Efektivitas dan Keamanan Kombinasi Finasteride dan Minoxidil Topikal Dibanding Minoxidil Topikal untuk Perawatan Androgenetic Alopecia pada Pria ini dipimpin dr. Farah Faulin.
Androgenetic Alopecia (AGA) merupakan kondisi kebotakan rambut yang disebabkan oleh kerentanan rambut terhadap androgen yang memicu mengecilnya folikel rambut. Sejauh ini, terapi AGA yang diizinkan oleh Food and Drugs Administration (FDA) adalah dengan menggunakan finasteride oral dan minoxidil topikal.
Namun, penggunaan finasteride oral dapat memberikan efek samping bagi pasien, seperti penurunan libido dan disfungsi ereksi. Diharapkan penggunaan finasteride oral dengan kombinasi minoxidil topikal dapat meningkatkan efektivitas terapi. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu pilihan bagi pria untuk dapat merawat dan mengobati AGA, dengan efek samping sistemik yang lebih kecil.
3. Defisiensi vitamin D terkait kebotakan usia muda
Riset bertajuk Hubungan Kadar Vitamin D Pada Derajat Keparahan Alopesia Androgenetik Pada Laki-laki Usia Muda dipimpin dr. Raissa. Riset ini menerangkan prevalensi defisiensi vitamin D di Asia Tenggara termasuk di Indonesia berkisar antara 60-70 persen.
Diketahui bahwa defisiensi kadar vitamin D (<30 nmol/L) dialami oleh 43,3 persen dan insufisiensi (31-50 nmol/L) dialami oleh 51,7 persen remaja laki-laki berusia 19-25 tahun. Hal ini menimbulkan dampak negatif, salah satunya adalah permasalahan rambut.
Meskipun telah banyak studi yang meneliti hubungan antara kadar vitamin D dengan kerontokan rambut, hingga saat ini di Indonesia belum ada studi mengenai hubungan antara kadar vitamin D dalam darah dengan keparahan Alopesia Androgenetik (AGA) pada laki-laki di usia muda. Penelitian ini diharapkan bisa mendapatkan temuan berbasis bukti untuk terapi tambahan dalam rangka pencegahan dan penanganan AGA.
4. Analisis genom berbasis AI untuk kulit berminyak-sensitif
Riset bertajuk Profiling Mikrobiota Menggunakan Analisis Genom Berbasis Kecerdasan Buatan untuk Kulit Berminyak-Sensitif Orang Indonesia: Sebuah Studi Awal ini dilakukan dr. Ruri Diah Pamela dari RS Dr. Suyoto Kementerian Pertahanan, bersama delapan rekannya.
Penelitian ini bisa mengakomodasi salah satu tren yang diprediksi akan populer di masa depan, yakni personalized skin treatment atau perawatan kulit yang dipersonalisasi. Perawatan ataupun pengobatan akan disesuaikan dengan profil kulit setiap individu.
Dengan kehadiran teknologi kecerdasan buatan, dapat memberikan perspektif baru dalam perkembangan sains mikrobiota. Ruang lingkup riset ini adalah pembuatan profil mikrobiota kulit menggunakan pengurutan genom berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) yang akan menjadi sebuah langkah awal dalam terobosan dermatologi yang penting.
Riset ini merupakan suatu pilot project (studi awal) yang dilakukan di Indonesia dan diharapkan dapat menyediakan data dasar penting seputar profil mikrobioma kulit pada jenis kulit sensitif-berminyak orang Indonesia. Selain itu, dapat dijadikan acuan dalam pengembangan terapi berbasis mikrobioma, membantu dalam penegakan diagnosis non-invasif, serta membantu pemantauan kesehatan kulit.
5. Pemetaan kulit orang Indonesia
Dipimpin dr. Henry Tanojo dengan delapan rekannya, penelitian bertajuk Pemetaan Jenis Kulit Orang Indonesia dengan Klasifikasi Baumann pada Penduduk Perkotaan bertujuan untuk mengidentifikasi jenis kulit penduduk perkotaan Indonesia.
Dengan demikian, akan membantu pasien dan dokter dalam menentukan perawatan kulit yang tepat bagi setiap individu. Sebab Indonesia merupakan negara multietnis dengan keragaman wilayah, garis lintang, budaya, dan sebagainya. Jenis kulit orang Indonesia pun sangat bervariasi.
Penelitian tersebut menjadi bentuk dukungan pada industri dalam menciptakan produk yang memenuhi kebutuhan setiap orang. Selain itu, dapat membantu mengoptimalkan kesehatan kulit dan menemukan perawatan kulit yang tepat yang disesuaikan untuk jenis kulit tertentu.