Peluang Industri Sepeda Motor Listrik Indonesia Mencapai US$19,2 M

Foundry dan Deloitte Indonesia meluncurkan riset EV.

Peluang Industri Sepeda Motor Listrik Indonesia Mencapai US$19,2 M
Motor listrik Gesits. (Shutterstock/Wulandari Wulandari)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Deloitte Indonesia berkolaborasi dengan Foundry, sebuah platform ekosistem yang menghubungkan para juara inovasi di Indonesia yang terdiri dari korporasi, tech founders, pemerintah dan badan regulasi, serta partner global, meluncurkan riset electric vehicle white paper bertajuk “An Electric Revolution: The Rise of Indonesia’s E-Motorcycle”.

Riset ini diluncurkan seiring dengan adopsi motor listrik di Indonesia yang mengalami lonjakan signifikan selama 2 tahun terakhir; bertumbuh sebesar 15 kali lipat dari tahun 2020 hingga 2022. 

Diulas pula peta industri pemain motor listrik, serta analisis lebih dalam mengenai opsi dan dilema adopsi motor listrik seperti: charging atau swapping, perbandingan biaya dan infrastruktur untuk berbagai model yang ada, serta pandangan dari sisi regulasi.

Director of Research Foundry, Erwin Arifin, menyampaikan riset ini bertujuan untuk memetakan perkembangan dan peluang industri motor listrik di Indonesia, bagi para stakeholder terkait. 

“Sebagai ekosistem platform, kami melihat sinergi yang solid sangat dibutuhkan untuk bersama-sama memecahkan masalah, memberikan solusi, dan memajukan perkembangan industri motor listrik di Indonesia,” ujarny dalam keterangan pers, dikutip Rabu (13/9).

Partner Deloitte Indonesia, Nindito Reksohadiprodjomenyampaikan bahwa target sepeda motor listrik 13,5 juta yang ambisius mengalami peningkatan 15,4 kali dalam 2 tahun terakhir. Beberapa pemain di industri ini telah menjadi pusat perhatian dalam industri sepeda motor listrik di Indonesia, dan masing-masing perusahaan berkontribusi terhadap transformasi cepat lanskap transportasi nasional.

“Kami berharap riset ini dapat membantu para pemain untuk menavigasi pertumbuhan industri, karena peralihan ke mobilitas listrik tidak hanya mengatasi tantangan mobilitas perkotaan tetapi juga berkontribusi terhadap kelestarian lingkungan.”

Potensi dan hambatan industri motor listrik di Indonesia

Deloitte Indonesia dan Foundry luncurkan riset Electric Vehicle White Paper/Dok. Deloitte Indonesia

Riset mengungkapkan, sebagai negara dengan populasi sepeda motor terbesar ke-3 di dunia, industri sepeda motor listrik di Indonesia menunjukkan peluang besar sebesar US$19,2 miliar baik dari sudut pandang produsen maupun distribusi energi.

Sejak tahun 2019, pemerintah Indonesia terus memberlakukan peraturan untuk memberikan insentif kepada konsumen, mengurangi biaya produksi, dan mempercepat infrastruktur kendaraan roda dua listrik untuk mencapai targetnya pada tahun 2030 dengan target 31.000 stasiun pengisian daya, 67.000 stasiun pertukaran, 30% penjualan sepeda motor terdiri dari listrik, dan 13,5 juta sepeda motor elektronik di jalan.

Meskipun demikian Agus Tjahajana, Staf Khusus Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mengungkap beberapa hambatan motor listrik di Indonesia, termasuk adopsi, standarisasi baterai dan jarak tempuh yang terbatas. 

“Tetapi bila diperkuat dengan sistem swapping baterai tentu akan bisa mempercepat transisi dan adopsi motor listrik. Maka dari itu, kita perlu swap station yang tersebar di berbagai titik untuk kenyamanan penggunanya. Kita tidak dapat membandingkan motor listrik dengan motor bensin yang sudah ada sejak 40 tahun yang lalu,” ujarnya.

 Menggali potensi EV dan swap battery

Dok. Haus! Indonesia

Founder & CEO SWAP Energi, Irwan Tjahaja, menyampaikan seiring tumbuhnya pengguna motor listrik maka teknologi swap battery atau penukaran baterai kian populer. Sebagai salah satu pioneer di industri baterai swapping dan motor listrik, pihaknya berkomitmen dan berpartisipasi aktif dalam mengejar terwujudnya Indonesia yang lebih hijau dan berkelanjutan. 

“Dengan 1.500 swap station yang sudah tersebar di seluruh Indonesia, kami akan mempercepat penempatan 5.000 titik penukaran baterai sehingga memudahkan para pengguna motor listrik untuk beralih ke moda transportasi yang lebih eco-friendly,”

Director of Strategic Planning and Business Development, Pertamina New & Renewable Energy, Fadli Rahman, menjelaskan dalam proses adopsi kendaraan listrik skala besar, perlu juga dipertimbangkan manajemen sumber daya alam dari awal hingga akhir. 

“Tentunya setelah produksi dan penggunaan baterai, perlu dipikirkan dari sekarang bagaimana proses utilisasi/daur ulang dari baterai tersebut. Mulai dari energy storage, cell recycling dan upaya lainnya guna menjaga keberlanjutan ekosistem secara keseluruhan,” katanya.

Adapun, katalis yang diperlukan untuk adopsi EV yang lebih cepat meliputi infrastruktur distribusi Energi, insentif dari pemerintah, standardisasi baterai motor listrik, serta pajak karbon pemerintah dan kredit pajak kendaraan listrik

Erwin menambahkan, saat ini terdapat 1.700 unit Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU) yang tersebar di Indonesia hingga kuartal dua 2023. 

"Pertumbuhan penggunaan motor listrik disebabkan oleh penyediaan infrastruktur Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU) yang kian menjamur. Sejauh ini, Foundry mencatat ada lebih dari 1.700 unit SPBKLU hingga kuartal dua 202," katanya.

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

IDN Channels

Most Popular

Harga Saham Bank Rakyat Indonesia (BBRI) Hari Ini, 21 November 2024
Beban Kerja Tinggi dan Gaji Rendah, Great Resignation Marak Lagi
Terima Tawaran US$100 Juta Apple, Kemenperin Tetap Tagih Rp300 Miliar
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 21 November 2024
Siapa Pemilik Grab? Perusahaan Jasa Transportasi Terbesar
Tolak Wacana PPN 12 Persen, Indef Usulkan Alternatif yang Lebih Adil