Jakarta, FORTUNE - Menteri Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengungkap dampak pertemuan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Presiden Rusia Vladimir Putin terhadap dibukanya keran ekspor gandum dari Ukraina.
"Berkat diplomasi yang dilakukan Bapak Presiden dengan Presiden Zelensky dan Presiden Putin, itu membuka jalur ekspor pangan dari rute Odessa ke Turki," ujarnya saat pembukaan Bisnis Award yang disiarkan secara virtual, Senin (15/8).
Airlangga menyebut rencana ekspor pangan, di tengah perang Rusia vs Ukraina, memang dibicarakan Jokowi ketika bertemu dengan Zelensky dan Putin.
Hal tersebut lantas ditindaklanjuti oleh Sekjen PBB Antonio Guterres dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sehingga gandum mulai bergerak.
Airlangga mengatakan Ukraina memiliki stok stok gandum 20 juta ton dan produksi 50 juta ton. Sementara itu, Airlangga mengatakan Rusia memiliki lebih dari 100 juta ton.
"Dua negara itu produksi gandumnya mendekati 207 juta, sehingga sangat berpengaruh terhadap harga gandum dunia," ujarnya.
Menurutnya, Indonesia telah mengimpor 11,7 juta ton gandum dunia.
Dapat penghargaan ketahanan pangan
Airlangga menyebut Jokowi juga mendapatkan penghargaan dari Institut Penelitian Padi Internasional (IRRI) karena telah memiliki sistem ketahanan pangan yang baik. Pemerintah berkomitmen menjaga ketahanan pangan nasional, dan telah berhasil meningkatkan produksi padi secara signifikan, sehingga mencapai swasembada beras.
“Di tengah tantangan pangan global, Indonesia memiliki landasan yang baik sehingga sektor pertanian menunjukkan resiliensinya,” ujarnya.
Penghargaan tersebut bertajuk “Acknowledgment for Achieving Agri-food System Resiliency and Rice Self-Sufficiency during 2019-2021 through the Application of Rice Innovation Technology yang diserahkan Direktur Jenderal IRRI Jean Balie kepada Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta (14/8).
Pada 2019, produksi beras di tanah air mencapai 31,3 juta ton, jumlah yang sama dengan produksi pada 2020 dan 2021. Adapun stok beras yang dimiliki Indonesia hingga akhir April 2022, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), mencapai 10,2 juta ton. Hingga akhir tahun, stok diperkirakan masih tersisa 7 juta ton.
Sektor pertanian pada 2021 tumbuh 1,84 persen secara tahunan dan berkontribusi terhadap perekonomian nasional hingga 13,28 persen. Kemudian pada kuartal II-2022, sektor pertanian menunjukan konsistensi dengan pertumbuhan positif 1,37 persen secara tahunan dan berkontribusi 12,98 persen terhadap perekonomian nasional.
Tren positif tersebut juga turut menjaga kesejahteraan petani dengan capaian Nulai Tukar Petani (NTP) tertinggi pada Maret 2022 yang sebesar 109,29. Sedangkan NTP pada Juli 2022 tercatat mencapai 104,25.