Jakarta, FORTUNE - Calon presiden (Capres) nomor dua, Prabowo Subianto, menyinggung tentang potensi dari Hilirisasi sumber daya alam Indonesia, yang dapat berdampak positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi.
"Dengan hilirisasi, saya kok optimis pertumbuhan ekonomi kita jangan-jangan nanti bisa dua angka, bisa dua digit," kata Prabowo dalam acara Dialog Ekonomi Capres bersama Kadin Indonesia yang disiarkan oleh slauran televisi nasional, Jumat (12/1).
Prabowo menyatakan kerap bertemu dengan para pakar dalam bertukar pikiran mengenai rencana masa depan Indonesia. Ia pun optimistis apabila menjadi presiden target itu dapat dicapai.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), hingga triwulan III-2023, pertumbuhan ekonomi Indonesia secara kumulatif tumbuh pada level 5,05 persen. Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi tetap terjaga pada 5,2 persen tahun ini.
Dalam rencana hilirisasinya, dia mencontohkan bauksit yang diubah menjadi alumina dapat meningkatkan nilai tambah hingga sekian ratus persen. Bahkan, kata Prabowo, jika alumina diolah lebih lanjut menjadi aluminium, nilai tambahnya akan meningkat ratusan persen lebih tinggi.
Hal ini lantaran aluminium merupakan bahan baku untuk mobil, motor, tv, hingga pesawat terbang. Sementara itu, selama ini Indonesia menjual bauksit mentah dengan harga murah.
“Kita jual gelondongan. Kita impor mobil, tapi ini tidak bisa lagi. Jadi, strateginya hilirisasi di 21 komoditas," ujarnya.
Membutuhkan ratusan miliar dolar
Dia juga mencontohkan rumput laut apabila dilakukan hilirisasi juga berpotensi digunakan sebagai pupuk, bahkan pengganti bahan bakar minyak (BBM). Terlebih, industri tersebut tidak mahal untuk dikembangkan.
Untuk itu, dia memastikan akan melanjutkan strategi hilirisasi yang telah dikerjakan Presiden Joko Widodo saat ini. Prabowo telah memiliki peta dan rencana pohon industri untuk 21 komoditas tersebut.
"Dari 21 komoditas mulai dari mineral sampai bahan-bahan tanaman, laut untuk membangun dasar dari semua. Jadi hilirisasi artinya semua sumber alam kita harus diolah di Indonesia," ujarnya.
Prabowo mengatakan setidaknya butuh US$545 miliar untuk mengembangkan hilirisasi 21 komoditas tersebut, yabg nantinya akan bertambah pada nilai tambah industri termasuk farmasi dan obat-obatan.