Jakarta, FORTUNE - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir, mengungkap awal mula area di sekitar Terminal Bahan Bakar Minyak (BBM) atau Depo BBM Pertamina Plumpang, Jakarta Utara, bersinggungan langsung dengan permukiman penduduk.
Dia menceritakan pada 1972, ketika PT Pertamina (Persero) mulai membangun Depo BBM Plumpang, jarak antara zona penyangga (buffer zone) atau jarak aman antara depo dan daerah pemukiman masih layak karena masih sedikit rumah tinggal. Namun, pada 1987 terlihat area perumahan warga semakin mendekat ke kawasan depo.
Puncaknya pada 2023 saat permukiman warga telah berimpitan dengan area pipa penyaluran BBM ke Depo Plumpang ini. "Bahkan mungkin Pimpinan (Komisi VI DPR RI) pernah lihat foto-foto beredar, sebuah pipa dekat dengan dapur penduduk," ujarnya di hadapan Komisi VI DPR RI, Senin (20/3).
Menurut Erick, Pertamina membeli lahan dari PT Mastraco seluas 153,4 hektare pada 1971 di wilayah yang menjadi depo saat ini. Pada 1974, depo mulai beroperasi. Pada 1976, Pertamina mendapat Surat Keputusan (SK) Pemberian Hak dari Menteri Dalam Negeri (Mendagri) untuk keperluan pembangunan instalasi minyak.
Menengok kondisi sekarang, Erick mengatakan Pertamina hanya menguasai lahan seluas 71,9 hektare, dan sekitar 81,6 hektare lainnya dikuasai penghuni tanpa hak. Berdasarkan hasil inventarisasi oleh PT Surveyor Indonesia pada 2017, area yang dikuasai penghuni tanpa hak tersebut telah mencapai 34.707 orang dengan 9.234 Kepala Keluarga (KK).
"Tentu apa yang terjadi hari ini kita hanya bisa memproteksi di area A (dikuasai Pertamina) dan B sampai D (penghuni tanpa hak) itu sudah seluruhnya penduduk tinggal. Apalagi, di tahun-tahun 1998 ketika kita saat reformasi. Nah itu terjadilah penggunaan lahan [oleh penduduk]," katanya.
Rencana Erick Thohir selesaikan masalah Depo Plumpang
Erick mengatakan lahan itu sebenarnya milik Pertamina. Namun yang jadi isu, kata Erick, bagaimana menyelesaikan lahan yang dikuasai oleh penghuni tanpa hak.
Pihaknya telah menyiapkan rencana jangka pendek, menengah, dan panjang.
Untuk jangka pendek, Erick mengatakan pihaknya menyiapkan area penyangga (buffer zone) Depo BBM Plumpang dengan jarak aman 52,5 meter. Padahal, lanjutnya, rata-rata internasional jarak aman bisa mencapai 500 meter.
"Oleh karena itu buffer zone yang diusulkan ada kanal air untuk mengurangi ada hal-hal yang tidak diinginkan. Ini yang kita lakukan sementara," ujarnya.
Terbakarnya Depo Plumpang
Pada 3 Maret 2023 pukul 20.20 WIB, telah terjadi insiden kebakaran di Depo BBM Plumpang, Jakarta Utara. Berdasarkan data Pertamina mengenai insiden ini, hingga Kamis (16/03) telah ada 25 orang yang diketahui meninggal dunia.
Depo BBM Plumpang merupakan salah satu objek vital nasional karena memasok BBM ke 790 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang tersebar di 19 kabupaten/kota.
Kapasitas tangki penyimpanan BBM tersebut hingga kini mencapai 324.535 kiloliter (kl). Tidak hanya berfungsi untuk menyimpan BBM, Depo Plumpang juga memiliki fasilitas lain, seperti penyimpanan liquefied petroleum gas (LPG), pelumas, hingga pusat studi lubricant.