Jakarta, FORTUNE – Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mulai menyusun skenario dalam mengantisipasi kepadatan lalu lintas masyarakat menjelang mudik lebaran 2022. Diprediksi sebanyak 26,8 persen atau 21,3 juta pemudik bakal bergerak menuju Jawa Tengah pada periode libur Lebaran 2022.
Selain itu, diperkirakan bahwa puncak arus mudik terjadi pada 28 April dan potensi perjalanan meningkat pada 30 April. Sementara, puncak arus balik diperkirakan terjadi pada 8 Mei.
“Tujuan terbesar yaitu ke Jawa Tengah sebesar 26,8 persen atau 21,3 juta orang yang akan datang dari berbagai provinsi terutama dari Jawa Timur dan Jabodetabek,” ungkap Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan, Budi Setiyadi, dalam keterangan resminya, Minggu (28/3).
Survei potensi pergerakan masyarakat selama Angkutan Lebaran 2022 ini dilakukan pada 9-21 Maret setelah syarat perjalanan dengan tes antigen/ PCR dihapuskan.
Dari hasil penelitian tersebut juga diperoleh data selain ke Jawa Tengah, potensi pergerakan masyarakat terbesar selanjutnya yaitu ke Jawa Timur dan Jawa Barat.
Ada pergeseran moda transportasi
Setelah penghapusan tes antigen/PCR, Budi menyebut, potensi penggunaan moda sedikit bergeser meskipun penggunaan angkutan pribadi tetap yang terbanyak. Tapi pemilihan penggunaan pesawat menjadi lebih banyak dibandingkan menggunakan kereta api dibandingkan hasil pada survei sebelumnya.
Adapun pengguna mobil pribadi mencapai 26 persen atau 21 juta, dan sepeda motor 18 persen atau 14 juta mendominasi mayoritas jenis moda pilihan masyarakat untuk melakukan perjalanan mudik. Selanjutnya disusul oleh bus 16 persen atau 12 juta, dan pesawat 12 persen atau 9 juta.
Titik yang perlu diwaspadai
“Kita tidak ingin banyak masyarakat yang mau pulang dan terhambat. Tidak bisa kita dengan persiapan biasa, harus dipersiapkan dengan baik,” kata Budi.
Di wilayah provinsi Jawa Tengah, ada sejumlah titik yang patut diwaspadai selama pelaksanaan Angkutan Lebaran 2022, yaitu Tawangmangu, Semarang, Ungaran, Baturraden, Wonosobo, Temanggung, Slawi, dan Kebumen.
“Kita perlu hati-hati di sejumlah kawasan tersebut karena rawan kecelakaan maupun longsor. Kalau perlu ada pencegahan dengan melarang kendaraan berukuran besar melintas,” tambah Budi.
Hal lainnya adalah mengenai penumpukan masyarakat di bahu jalan. Menurut Budi, ada dua opsi untuk mencegah penumpukan tersebut yaitu pembatasan waktu bagi kendaraan yang berhenti di rest area atau pemanfaatan Rest Area Perkotaan.
Budi menyebut, masyarakat dapat diarahkan untuk keluar ke kota terdekat sehingga dapat menggerakkan UMKM. Ini adalah strategi yang tidak hanya berpedoman pada keselamatan namun juga meningkatkan pendapatan UMKM.
“Rest area perkotaan yaitu dengan menuju exit tol dan keluar ke kota terdekat. Setelah istirahat, atau membeli oleh-oleh dan makanan, masyarakat bisa masuk kembali ke tol. Istilah rest area perkotaan pertama kali disebutkan oleh Bapak Menteri Perhubungan,” ujarnya.
Pembatasan kendaraan barang masih dibahas
Kemudian terkait wacana pembatasan angkutan kendaraan barang, Budi menyebut, masih dilakukan pembahasan. Memang setiap menjelang hari libur keagamaan seperti Lebaran atau Natal-Tahun Baru biasanya Kemenhub akan memberlakukan pembatasan untuk bisa beroperasi. Hal ini dilakukan guna mengurangi potensi timbulnya kemacetan.
“Yang nanti akan dibatasi yaitu mobil barang dengan Jumlah Berat Yang Diizinkan (JBI) lebih dari 14.000 kilogram, mobil barang dengan sumbu 3 atau lebih, kereta tempelan, dan kereta gandengan,” ujarnya.