CSIS: Cawapres 2 Dominasi Gimik dan Tak Cerminkan Etika Baik

CSIS menilai debat cawapres semalam tidak substansial.

CSIS: Cawapres 2 Dominasi Gimik dan Tak Cerminkan Etika Baik
Cawapres nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka menyampaikan pandangannya saat Debat Keempat Pilpres 2024 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Minggu (21/1). ANTARA FOTO//M Risyal Hidayat
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Centre for Strategic and International Studies (CSIS) menilai hasil Debat ketiga calon wakil presiden dalam sesi keempat Pemilihan Presiden 2024, Minggu (21/1), terkesan tidak membicarakan isu penting.

Terkhusus apa yang ditampilkan oleh calon wakil presiden nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka, yang terkesan agresif menyerang calon wakil presiden lainnya saat debat. 

Debat ini juga dihadiri calon presiden nomor urut 1, Muhaimin Iskandar, dan cawapres nomor urut 3 Mahfud MD.

“Strategi perdebatan, apabila kita lihat bahwa memang didominasi oleh gimik, terutama paslon 02 yang memang mnenunjukan sikap yang cukup agresif terhadap peserta debat lain dan itu kalau diperhatikan narasi yang beresar itu mencerminkan yang bisa dikatakan kurang mencerminkan etika yang baik,” kata Peneliti, Departemen Politik dan Perubahan Sosial, CSIS, D. Nicky Fahrizal, dalam acara media briefing yang disiarkan secara virtual, Senin (22/1).

Nicky menyorot dua hal dalam debat. Pertama strategi perdebatan, dan konten yang dibawa nomor urut 2.

Nicky menyebut keduanya tidak berjalan beriringan, sehingga isu penting yang menjadi topik utama debat menjadi tidak fokus dan terkesan kabur.

“Antara konten dan strategi tidak nyambung. Mereka terkesan menunjukan bahasa yang tinggi untuk menarik konstituen tertentu. Mereka juga berusaha memasukan unsur entertaiment-nya sehingga debat menjadi menarik, ketiga ingin menjatuhkan lawan debat,” ujarnya.

Jangan memilih pasangan calon yang kebanyakan gimik

Peneliti Senior Departemen Ekonomi CSIS, Deni Friawan, mengatakan substansi debat di antara pasangan calon peserta pemilu sebenarnya adalah upaya memberikan pendidikan politik kepada masyarakat. Jadi, debat bukan hanya ditujukan untuk dapat meningkatkan elektabilitas pasangan tertentu.

"Capres dan cawapres itu bukan semata mencari kemenangan, tapi bisa memberikan gambaran kepada masyarakat kemana arah bangsa ini dibawa. Dan itu tidak cukup dengan elektabilitas. Kalau mikirnya begitu, bagaimana Indonesia mau maju,” ujarnya.

Banyaknya gimik saat debat, menurut Deni, menunjukan bahwa calon wakil presiden yang akan menjadi pemimpin ini tidak punya perhatian terhadap topik utama debat.

“Kalau generasi muda punya perhatian terhadap isu lingkungan, jangan dipilih calon-calon yang modalnya gimik, dan itu artinya...,” ujarnya.

Lalu yang jadi pertanyaan apakah debat semalam mampu mendongkrak elektabilitas pasangan calon tertentu, Deni pun belum bisa menjawab. Pasalnya, CSIS belum melakukan survei usai debat.

Debat semalam menjadi debat yang kedua sekaligus yang terakhir bagi para cawapres. Mereka akan beradu ide dan gagasan sesuai tema debat yang telah ditentukan.

Tema debat yaitu pembangunan berkelanjutan, sumber daya alam, lingkungan hidup, energi, pangan, agraria, masyarakat adat dan desa.

 

Magazine

SEE MORE>
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024
[Dis] Advantages As First Movers
Edisi Maret 2024
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024

Most Popular

OPEC+ Sepakat Tunda Kenaikan Produksi Minyak Hingga November
Bisnis Manajemen Fasilitas ISS Tumbuh 5% saat Perlambatan Ekonomi
7 Jet Pribadi Termahal di Dunia, Harganya Fantastis!
Gagal Tembus Resisten, IHSG Diprediksi Konsolidasi
Fitur AI Jadi Alasan Canva Naikkan Harga hingga 300%
Pertamina Siapkan 15 Persen Belanja Modal untuk Transisi Energi