Dari 18,9 Juta Penerima Kartu Prakerja, Mayoritas Milenial dan Gen Z

Program telah dimulai sejak era-pandemi pada 2020.

Dari 18,9 Juta Penerima Kartu Prakerja, Mayoritas Milenial dan Gen Z
Ilustrasi Kartu Prakerja (Dok. Karier.mu)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Fortune Recap

  • Mayoritas peserta program ini berusia 18-35 tahun, termasuk generasi Z dan milenial, serta mencakup kelompok rentan seperti penyandang disabilitas dan masyarakat perdesaan.
  • 39 persen penerima manfaat telah bekerja saat mendaftar, dengan tingkat pendidikan mayoritas lulusan SMA ke atas. Program pelatihan mencakup lebih dari 6.000 program terkurasi secara daring maupun luring.

Jakarta, FORTUNE - Program Kartu Prakerja yang diluncurkan pada 11 April 2020, satu hari setelah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diberlakukan, telah menunjukkan perkembangan signifikan dalam mendukung masyarakat terdampak pandemi.

Program yang awalnya dirancang untuk meningkatkan keterampilan itu segera bertransformasi menjadi semi-bantuan sosial untuk sedikit menopang daya beli masyarakat yang terkena dampak ekonomi akibat pandemi Covid-19.

Denni Puspa Purbasari, Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja Indonesia, menjelaskan bahwa sejak diluncurkan program ini telah memberikan manfaat kepada 18,9 juta orang yang tersebar di 514 kabupaten dan kota di seluruh Indonesia.

Mayoritas penerima manfaat Kartu Prakerja adalah mereka yang berusia 18 hingga 35 tahun, dan mayoritas berasal dari generasi Z dan milenial. Peserta berasal dari berbagai kelas ekonomi, mulai dari desil 1 hingga kelas menengah yang aspiratif.

"Program ini inklusif. Bukan hanya besar dalam jumlah, tetapi juga menjangkau kelompok rentan seperti penyandang disabilitas, masyarakat pedesaan, dan purna pekerja migran Indonesia," kata Denni di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kamis (3/10).

Meskipun bernama Prakerja, kata Denni, program ini tidak hanya terbatas untuk mereka yang belum bekerja. Sesuai dengan regulasi, orang yang telah bekerja atau berwirausaha juga diperbolehkan mendaftar.

Data menunjukkan bahwa 39 persen penerima manfaat pada saat mendaftar telah memiliki pekerjaan, dan dalam waktu dua bulan setelah menyelesaikan pelatihan, angka tersebut meningkat menjadi 55 persen.

Denni juga menambahkan bahwa tingkat pendidikan peserta umumnya adalah lulusan SMA ke atas, dengan 51 persen di antaranya adalah perempuan, dan mayoritas berasal dari daerah pedesaan.

Hingga saat ini, ekosistem pelatihan Kartu Prakerja telah mencakup lebih dari 6.000 program pelatihan, baik secara daring maupun luring, yang terkurasi dan telah diverifikasi untuk relevansi.

"Kami tidak hanya menyediakan pelatihan keterampilan dasar, tetapi juga pelatihan yang relevan dengan kebutuhan masa depan seperti keterampilan digital, kecerdasan buatan (AI), keamanan siber, hingga green skills," ujarnya.

Belum ada kepastian program ini akan berlanjut

Sejak 2020, ada lebih dari 540 lembaga pelatihan yang terlibat dalam program ini, termasuk perguruan tinggi seperti Universitas Indonesia, Institut Pertanian Bogor, dan Universitas Gadjah Mada, politeknik, yayasan, lembaga kursus, serta Balai Latihan Kerja (BLK) komunitas.

Penilaian peserta terhadap pelatihan yang disediakan cukup memuaskan dengan rating rata-rata 4,9 dari skala 5. Lebih dari itu, skor pretest dan posttest menunjukkan peningkatan signifikan, dari 51 menjadi 68, menandakan adanya peningkatan keterampilan yang nyata.

Denni menegaskan, "Kami tidak obral nilai di Prakerja, ini benar-benar program yang memberikan hasil nyata.”

Dikonfirmasi secara terpisah, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, belum bisa memastikan bahwa program ini akan berlanjut pada era kepemimpinan Prabowo Subianto.

“Dalam APBN 2025 disediakan porsi untuk hal tersebut, jadi mungkin akan dibicarakan,” ujarnya.

Kini peserta Kartu Prakerja bisa mendapat nilai bantuan yang lebih besar, dari sebelumnya Rp3,5 juta per orang menjadi Rp4,2 juta. Namun, pada skema normal ini, biaya pelatihan menjadi lebih tinggi ketimbang insentifnya.

Nilai itu terdiri dari biaya pelatihan Rp3,5 juta, insentif pascapelatihan Rp600.000 yang akan diberikan sebanyak 1 kali, serta insentif survei Rp100.000 untuk dua kali pengisian survei.

Magazine

SEE MORE>
Investor's Guide 2025
Edisi Januari 2025
Change the World 2024
Edisi Desember 2024
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024

IDN Channels

Most Popular

Emas Menguat Setelah Data Inflasi AS Lebih Rendah Dari Ekspektasi
TikTok Diblokir Mulai 19 Januari 2025, Pengguna AS Beralih
WTO Buktikan Uni Eropa Diskriminasi Minyak Sawit Indonesia
Daftar 10 Saham Blue Chip 2025 Terbaru
Openspace Himpun Dana US$165 Juta, Siap Perluas Investasi Startup
Suspensi Saham RATU Resmi Dicabut, Jadi Top Gainers