Jakarta, FORTUNE - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia sepanjang 2024 mencapai 5,03 persen atau lebih rendah dari capaian 2023 pada level 5,05 persen. Dengan demikian, hasil tersebut belum memenuhi target yang dimuat dalam asumsi makroekonomi APBN 2024 yang dipatok 5,2 persen.
Pelaksana tugas (Plt.) Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, mengatakan produk domestik bruto (PDB) Indonesia berdasarkan harga berlaku (ADHB) pada 2024 mencapai Rp22.138,98 triliun. Sementara itu, berdasarkan harga konstan (ADHK), angkanya juga berada pada level yang sama.
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 tercatat sebesar 5,03 persen, dengan seluruh sektor usaha mengalami pertumbuhan positif," kata Amalia dalam konferensi pers yang disiarkan secara virtual, Rabu (5/2).
Beberapa sektor mengalami pertumbuhan signifikan sepanjang 2024. Jasa lainnya mencatat kenaikan tertinggi sebesar 9,80 persen, disusul oleh sektor transportasi dan pergudangan yang tumbuh 8,69 persen, serta penyediaan akomodasi dan makanan-minuman dengan pertumbuhan 8,56 persen.
Sementara itu, industri pengolahan yang memiliki peran besar dalam perekonomian nasional tumbuh 4,43 persen. Sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi kendaraan bermotor tumbuh 4,86 persen, sedangkan pertanian, kehutanan, dan perikanan hanya mencatat kenaikan tipis sebesar 0,67 persen.
Dari sisi kontribusi terhadap PDB, sektor industri pengolahan masih menjadi yang terbesar dengan porsi 18,98 persen. Ini kemudian disusul oleh perdagangan besar dan eceran serta reparasi kendaraan bermotor sebesar 13,07 persen, pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 12,61 persen, konstruksi 10,09 persen, serta pertambangan dan penggalian sebesar 9,15 persen.
Secara keseluruhan, lima sektor utama ini menyumbang 63,90 persen terhadap perekonomian nasional.
Adapun komponen dengan distribusi terbesar adalah konsumsi rumah tangga dengan kontribusi 54,04 persen atau tumbuh 4,94 persen.
Peringkat kedua, adalah Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), pengeluaran untuk barang modal yang memiliki umur pakai lebih dari satu tahun dan tidak merupakan barang konsumsi, tumbuh 4,61 persen.
Komponen ini berkontribusi 29,15 persen terhadap kelompok dimaksud.
Pertumbuhan ekonomi berdasarkan wilayah
Secara regional, Papua dan Maluku mengalami pertumbuhan ekonomi tertinggi, yakni 7,81 persen. Selanjutnya, Pulau Sulawesi tumbuh 6,18 persen, Pulau Kalimantan 5,52 persen, Bali dan Nusa Tenggara 5,04 persen, serta Pulau Jawa 4,92 persen.
Pertumbuhan ekonomi di Pulau Sumatra mencapai 4,45 persen.
Menurut Amalia, perekonomian di Maluku dan Papua terdorong oleh sektor pertambangan yang berkembang pesat seiring dengan proyek hilirisasi di kedua wilayah tersebut.
"Provinsi dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi adalah Papua Barat, sementara yang paling rendah terdapat di Kepulauan Bangka Belitung," katanya.
Dari sisi kontribusi terhadap perekonomian nasional, Pulau Jawa masih mendominasi dengan sumbangsih 57,02 persen pada 2024. Perekonomian di pulau ini tumbuh 4,92 persen, didorong oleh industri pengolahan, perdagangan, dan konstruksi.
Pulau Sumatra mengalami pertumbuhan 22,12 persen, ditopang oleh sektor industri pengolahan, perdagangan, dan konstruksi. Sementara itu, perekonomian Pulau Kalimantan tumbuh 8,24 persen, dengan sektor pertambangan sebagai motor penggerak utama.