Jakarta, FORTUNE - Kepala Badan Kebijakan Perdagangan Kementerian Perdagangan (Kemendag), Fajarini Puntodewi, menyingkap target ambisius untuk pertumbuhan Ekspor Indonesia pada 2025.
Dalam acara Gambir Trade Talk #17 bertajuk Outlook Perdagangan Luar Negeri Indonesia Tahun 2025, ia menjelaskan bahwa langkah ini merupakan bagian dari upaya mendukung visi besar menuju Indonesia Emas 2045, dengan target pertumbuhan ekonomi mencapai 8 persen.
"Jika ingin mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen, maka target ekspor tahun depan kita tetapkan sebesar 7,1 persen, dan dalam lima tahun mendatang mencapai 9,6 persen," kata Fajarini yang disiarkan secara virtual, Selasa (19/11).
Berkaca pada paparan Kemendag, nilai ekspor pada 2025 ditargetkan mencapai US$294,45 miliar, dengan target pertumbuhan ekonomi Indonesia 5,06 persen.
Kemudian pada 2026, Kemendag menargetkan pertumbuhan ekspor sebesar 7,09 persen, sedikit menurun dibandingkan dengan target pada tahun depan. Namun, dari sisi nominal nilai ekspor pada 2026 ditargetkan mencapai US$315,31 miliar. Pada periode ini, pemerintah sendiri menargetkan ekonomi mampu tumbuh pada level 5,79 persen.
Kemendag lalu menargetkan pertumbuhan ekspor sebesar 7,89 persen dengan nilai US$340,2 miliar pada 2027. Pada tahun tersebut, target pertumbuhan ekonomi berada pada level 6,53 persen. Selanjutnya, sebesar 8,77 persen dengan nilai ekspor US$370,04 miliar pada 2028. Pada periode ini, target pertumbuhan ekonomi adalah 7,26 persen.
Serta, pertumbuhan ekspor ditargetkan melambung hingga 9,64 persen dengan nilai US$405,69 miliar pada 2029, yang target pertumbuhan ekonominya mencapai 8 persen.
Tren kinerja ekspor pada 2024
Fajarini menjelaskan bahwa kinerja ekspor Indonesia sepanjang 2024 menunjukkan tren positif. Bila menengok kinerja ekspor, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa secara kumulatif nilai ekspor Indonesia pada Januari–Oktober 2024 mencapai US$217,24 miliar atau naik 1,33 persen dibandingkan dengan periode sama pada tahun lalu.
Sejalan dengan total ekspor, nilai ekspor nonmigas yang mencapai US$204,21 miliar naik 1,48 persen.
"[Nilai ekspor Januari-Oktober itu] lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya yang hanya tumbuh 0,3 persen," katanya.
Hal ini menandakan perbaikan yang berkelanjutan meski tantangan global masih membayangi. Optimisme ini juga didukung oleh prediksi surplus neraca perdagangan yang diperkirakan tetap tercapai hingga akhir 2024.
"Kami yakin bahwa meskipun kondisi ekonomi global saat ini penuh tantangan, peningkatan ekspor tetap akan berlanjut," ujarnya.
Meski optimistis, Fajarini mengakui bahwa target ini merupakan tantangan besar bagi Indonesia. Peningkatan ekspor hingga hampir 10 persen membutuhkan dukungan kebijakan yang kuat, peningkatan daya saing produk dalam negeri, serta perluasan pasar ekspor.
Kemendag terus berupaya memperkuat strategi ekspor, termasuk melalui diversifikasi produk dan pasar, peningkatan kualitas produk unggulan, serta negosiasi perjanjian dagang internasional.
"Kami juga akan terus mendorong kolaborasi lintas sektor agar seluruh elemen ekonomi dapat berkontribusi dalam pencapaian target ini," katanya.