Jakarta, FORTUNE - Kementerian Pertanian (Kementan) mengalokasikan pagu anggaran untuk 2023 sebesar Rp745,1 miliar bagi pengembangan kedelai. Kedelai merupakan salah satu komoditas pangan yang mendapatkan perhatian pemerintah dalam mengejar stok kebutuhan dalam negeri.
Sekretaris Jenderal Kementan, Kasdi Subagyono, mengatakan pemerintah juga akan memulai pengembangan kedelai rekayasa genetika atau Genetically Modified Organism (GMO) yang sebelumnya dilarang di Indonesia. Kementan bahkan terbuka untuk melakukan impor benih kedelai GMO agar dikembangkan di Indonesia.
"Sekarang kita boleh dan akan lakukan (kembangkan) kedelai GMO. Itu boleh dilakukan yang selama ini kita punya kendala (dilarang kembangkan)," katanya dalam rapat dengan Komisi V, Selasa (6/9).
Total produksi kedelai 2023 ditargetkan dapat mencapai 590 ribu ton. Penanaman kedelai akan dilakukan di lahan seluas 369.300 hektare dengan melibatkan 18.465 kelompok petani yang total tenaga kerjanya 1.107.900 orang.
Pengembangan kedelai GMO, kata Kasdi, dilakukan tanpa menyetop pengembangan kedelai lokal. Kasdi mengatakan, larangan pengembangan GMO di Indonesia selama ini tidak adil.
Pasalnya, impor kedelai yang masuk ke Indonesia nyatanya merupakan produk GMO dan tetap aman dikonsumsi masyarakat.
"Semua sudah paham, kok GMO dilarang padahal tiap tahun kita impor kedelai GMO dan kita makan dan tidak mutasi. Itulah kira-kira pendekatan barunya," ujarnya.
Dinilai lebih menghasilkan
Pada kesempatan terpisah, Kepala Badan Pangan Nasional, Arief Prasetyo Adi, mengatakan Presiden Joko Widodo juga telah meminta jajarannya untuk mulai mempelajari kedelai GMO dengan produktivitas yang lebih tinggi. Ia menyampaikan rata-rata produktivitas kedelai di Indonesia hanya sekitar 1,2 ton hingga 1,4 ton per hektare.
Sementara, kedelai GMO yang dikembangkan oleh berbagai negara telah mencapai produktivitas 2 ton hingga 2,5 ton per hektare. "Artinya biaya produksi per unit lebih murah kalau pakai benih kedelai GMO. Saat ini tinggal dilihat residu dan batas food grade benih yang akan dipakai," kata Arief di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Jumat (2/9).
Arief mengatakan, Presiden Joko Widodo telah menginstruksikan Kementerian Pertanian dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk mempelajari potensi penggunaan benih kedelai GMO di dalam negeri. Pasalnya, saat ini kedelai impor yang ada di dalam negeri berasal dari Amerika Serikat dan hasil rekayasa genetik.
Harga dan impor kedelai
Berdasarkan data Badan Pangan Nasional, rata-rata nasional harga kedelai di dalam negeri mencapai Rp13.690 per kilogram. Harga kedelai tertinggi ada di Kalimantan Utara, yakni Rp15.330 per kilogram. Sedangkan terendah ada di DI Yogyakarta yang mencapai Rp12.790 per kilogram.
Saat ini, harga kedelai di Indonesia lebih tinggi 20 persen dari harga eceran tertinggi (HET) senilai Rp9.600 per kilogram. Kementerian Pertanian mencatat sekitar 86,4 persen kebutuhan kedelai berasal dari impor.
Selain karena minimnya ketersediaan kedelai lokal, perajin juga lebih memilih kedelai impor karena kualitasnya yang dianggap lebih bagus. Sedangkan Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor kedelai pada 2021 mencapai US$1,48 miliar atau Rp21,04 triliun. Nilai tersebut meningkat 479,4 juta atau 47,78 persen dibandingkan tahun sebelumnya.