Jakarta, FORTUNE – Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, mengatakan Indonesia berpotensi akan mengimpor beras hingga 5 juta ton pada 2024 menyusul fenomena cuaca El Nino yang telah berlangsung sejak tengah tahun ini. Pada saat bersamaan, permintaan pangan dunia juga tengah meningkat di tengah kondisi geopolitik dunia yang bergejolak.
“Meningkatnya permintaan akan pangan pascapandemi Covid-19 menyebabkan harga pangan semakin mahal, yang dapat mendorong terjadinya darurat pangan global dan dapat berpotensi mengancam stabilitas sosial ekonomi dan politik Indonesia,” kata Amran dalam Rapat Kerja dengan Komisi IV DPR RI, Senin (13/11).
Pada tahun ini saja, Indonesia berencana mengimpor 3,5 juta ton beras. Perinciannya, izin untuk 2 juta ton telah diterbitkan sejak awal 2023, dan 1,5 juta ton lainnya adalah tambahan.
Impor 3,5 juta ton beras dimaksudkan untuk cadangan beras pemerintah (CBP).
"Bagaimana realitas produksi beras nasional Indonesia: dulu kita pernah swasembada sekarang terpaksa harus impor produksi beras nasional. Periode 2022-2023, [produksi beras] mengalami penurunan akibat ancaman El Nino, dari sebelumnya 31 juta ton dan diperkirakan turun menjadi 30 juta ton pada 2023," ujarnya.
Impor beras ada di depan mata
Dalam sisa jabatannya yang tidak sampai setahun, Amran tidak bisa memastikan apakah rencana impor itu akan dapat ditekan. Dia baru akan menjawabnya ketika recana meningkatkan produksi beras yang dilakukan saat ini menunjukan hasilnya, dalam tiga bulan ke depan.
“Nanti saat Maret ketika saya sudah bekerja. Tapi, kalau saya jawab sekarang pasti saya mengarang,” ujarnya.
Untuk meningkatkan produksi, Kementan telah melakukan percepatan tanam padi. Setiap bulannya, 1 juta hektare harus ditanami padi guna memperbaiki neraca produksi dalam negeri.
Untuk November ini, pihaknya telah menanam padi pada lahan seluas 500.000 hektare. Kondisi tersebut masih di bawah target karena banyak sawah masih kering.
Oleh karena itu, Amran mengatakan target tanam akan dikejar hingga pertengahan November ini, yakni hingga 1 juta hektare.
“Artinya februari aku aman, tapi Januari yang kita akan panen ini hanya 500.000 hekatare,” ujarnya.