Jakarta, FORTUNE - Investasi sektor manufaktur sepanjang 2021 mencapai Rp325,4 triliun, naik sebesar 19 persen dari 2020 yang jumlahnya Rp272,9 triliun. Dari angka tersebut, penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebesar Rp94,7 triliun dan penanaman modal asing (PMA) sebesar US$15,8 miliar atau setara Rp227 triliun.
Dengan begitu, target yang dicanangkan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) sebesar Rp280 triliun hingga Rp290 triliun terlewati.
"Ini sinyal penting bagi ekonomi Indonesia, karena menunjukkan bahwa level kepercayaan terhadap Indonesia masih tinggi. Investor masih melihat bahwa Indonesia is good for business and investment,” kata Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasmita dalam keterangannya, Selasa (1/2).
Berdasarkan data Kementerian Investasi/Badan Koordinasi dan Penanaman Modal (BKPM), subsektor industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya mencatatkan porsi investasi terbesar, yaitu Rp117,5 triliun, atau berkontribusi 13,0 persen dari total investasi 2021.
“Selama ini investasi sektor manufaktur juga membawa dampak luas bagi perekonomian nasional, salah satunya melalui penyerapan tenaga kerja. Serapan tenaga kerja di industri manufaktur mencapai 1,2 juta orang pada 2021,menjadikan jumlah totalnya menjadi 18,64 juta orang,” kata Agus.
Realisasi investasi dipimpin Jabar
Kemudian, realisasi investasi tersebut sebagian besar tersebar ke lima wilayah di Tanah Air, dengan yang terbesar di Jawa Barat Rp136,1 triliun (15,1 persen), DKI Jakarta Rp103,3 triliun (11,5 persen), Jawa Timur Rp79,5 triliun (8,8 persen), Banten Rp58 triliun (6,4 persen), Riau Rp53 triliun (5,9 persen).
“Kami berharap investasi sektor industri ini, selain berdampak pada penyerapan tenaga kerja lokal di masing-masing daerah, mampu juga menggerakan sektor industri kecil di daerah-daerah yang menjadi tujuan investasi tersebut,” ujarnya.
Jaga iklim investasi
Untuk mendorong investasi di sektor industri, beberapa program yang didorong oleh Kemenperin antara lain substitusi impor 35 persen pada 2022, peningkatan penggunaan produk dalam negeri (P3DN), dan hilirisasi sumber daya alam.
“Untuk menjaga iklim usaha yang kondusif, pemerintah memberikan berbagai insentif fiskal dan nonfiskal bagi penanaman investasi, termasuk di sektor industri. Kami mendorong para pelaku industri untuk memanfaatkan insentif-insentif tersebut semaksimal mungkin,” kata Agus.
Akselerasi peningkatan investasi di sektor industri juga ditempuh lewat pemerataan pembangunan industri, yaitu dengan mengembangkan jumlah kawasan industri di seluruh Indonesia.
“Hingga Januari 2022, terdapat 135 perusahaan kawasan industri dengan total luas lahan sebesar 65.532 hektare yang tersebar di Pulau Jawa, Kalimantan, Maluku, Papua, Nusa Tenggara, Sulawesi dan Sumatera,” ujarnya.
Pemerintah juga mendorong investasi pengembangan kawasan industri halal dengan menawarkan beberapa insentif seperti sisi ekspor, substitusi impor, dan pengembangan teknologi proses produk halal
Target sektor manufaktur 2022
Kemenperin menargetkan pertumbuhan industri manufaktur 4 hingga 4,5 persen pada 2021 dan naik menjadi 4,5 hingga 5 persen tahun ini. Dengan demikian, nilai ekspor industri manufaktur ditargetkan berkisar US$170 hingga US$175 miliar pada 2021 dan bakal mencapai US$175 hingga Rp180 miliar tahun ini.
Nilai investasi ditargetkan mencapai Rp280 triliun hingga Rp290 triliun pada 2021 dan naik menjadi Rp300 hingga Rp310 triliun pada 2022. Peningkatan nilai investasi itu diharapkan turut mengungkit serapan tenaga kerja sebanyak 20,84 juta orang tahun ini.