Iran Barter Minyak Mentah dengan Cina untuk Bangun Bandara Terbesar

Pembangunan tahap II ditaksir menelan dana US$2,7 miliar.

Iran Barter Minyak Mentah dengan Cina untuk Bangun Bandara Terbesar
Bandar Udara Internasional Imam Khomeini Teheran. Pemandangan malam dari pintu masuk ruang keberangkatan. (Dok. 123RF)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Perusahaan Cina ditunjuk untuk mengembangkan Bandara Internasional Imam Khomeini (IKA), yang merupakan bandar udara internasional terbesar di Iran. Dalam kesepakatan bisnis nantinya, Teheran akan diizinkan menukarkan minyak mentahnya dengan sumber daya keuangan, peralatan, dan layanan teknis untuk pembangunan bandara.

CEO Bandara Internasional Imam Khomeini (IKA), Saeid Chalandari, mengatakan dalam pembangunan tahap kedua ini pembangunan ditaksir bakal menelan dana US$2,7 miliar atau lebih dari Rp41 triliun.

Seleksi dilakukan setelah terjadi negosiasi intensif dengan beberapa kontraktor domestik dan internasional, kata Chalandari, dan perusahaan Cina yang tidak disebutkan namanya itu mengalahkan penawar lainnya. 

“Operasi eksekutif terminal baru dalam operasi pengembangan bandara tahap kedua kemungkinan akan dimulai hingga akhir September,” kata pejabat itu seperti dilansir dari The Iran Project, Rabu (30/8).

Bandara Internasional Imam Khomeini adalah bandara terbesar di Iran dan terletak sekitar 25 kilometer ke arah barat daya ibu kota Teheran. Bandara ini menawarkan layanan kepada 29 maskapai penerbangan internasional besar dengan penerbangan ke-64 tujuan di seluruh dunia.

Iran telah berupaya memosisikan dirinya sebagai pusat regional untuk perjalanan udara dan perdagangan karena lokasinya yang strategis di antara Asia, Eropa, dan Timur Tengah. 

Akan menjadi hub regional

Faktanya, IKA telah menjadi bandara utama di Iran yang berpotensi menjadi hub regional karena menawarkan koneksi ke berbagai tujuan di seluruh dunia dan berfungsi sebagai titik transit utama bagi wisatawan yang terbang antara Asia dan Eropa. 

Namun, beberapa proyek dan ambisi tersebut terhenti dalam beberapa tahun terakhir terutama karena sanksi Amerika Serikat terhadap negara tersebut.

Chalandari mengatakan Kementerian Perhubungan telah menyelesaikan studi kelayakan untuk pengembangan IKA tahap kedua, dan menambahkan bahwa proyek tersebut akan dilaksanakan di lahan seluas 410.000 hektare yang terletak di sebelah selatan bandara.

Dia mengatakan terminal baru IKA akan menggunakan peralatan dan infrastruktur modern dan akan beroperasi secara independen dari fasilitas bandara yang ada saat ini.

Magazine

SEE MORE>
Investor's Guide 2025
Edisi Januari 2025
Change the World 2024
Edisi Desember 2024
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024

Most Popular

WTO Buktikan Uni Eropa Diskriminasi Minyak Sawit Indonesia
Daftar 10 Saham Blue Chip 2025 Terbaru
Selain Bukalapak, Ini 7 e-Commerce yang Tutup di Indonesia
Israel Serang Gaza Usai Sepakat Gencatan Senjata, 101 Warga Tewas
Suspensi Saham RATU Resmi Dicabut, Jadi Top Gainers
Mengapa Nilai Tukar Rupiah Bisa Naik dan Turun? Ini Penyebabnya