Jakarta, FORTUNE - Kementerian Pertanian (Kementan) menyebut Indonesia tidak memiliki cadangan bahan pangan yang mengandung protein saat ini, seperti ayam dan telur ayam.
"Sampai hari ini cadangan protein nasional itu tidak ada, nol. Kalau ada apa-apa, outbreak ayam, sekarang tidak ada cadangan dari ayam dan telur," ujar Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan Nasrullah di Gedung KPPU, Jakarta, Kamis (9/6).
Saat ini, surplus bahan pangan mengandung protein hanya 5 persen-10 persen. Padahal, negara seharusnya memiliki surplus protein minimal 20 persen-30 persen. "(Sebanyak) 20 persen-30 persen paling tidak harus punya. Kami hitung surplus 5 persen, maksimal 10 persen," kata Nasrullah.
Namun, pasokan itu bukan dimiliki pemerintah, melainkan peternak. Maka dari itu, ia meminta KPPU untuk mendorong pemerintah membuat cadangan protein.
Menurut dia, BUMN sektor pangan bisa menjadi salah satu pihak yang bertanggung jawab atas cadangan protein. Hanya saja, belum ada pembahasan lebih dalam terkait hal itu. "Belum tahu bentuknya nanti, semua bisa. BUMN melaksanakan cadangan juga bagus," ujar Nasrullah.
Diharapkan, dengan adanya lembaga yang bertanggung jawab atas cadangan protein maka harga di pasaran tidak terus bergejolak.
Stok daging ayam dan telur
Berdasarkan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), rata-rata nasional daging ayam ras segar dihargai Rp36.500 per kilogram, atau naik 0,14 persen dari hari sebelumnya. Adapun berdasarkan acuan harga pemerintah diatur sebesar Rp35 ribu per kilogram di tingkat konsumen.
Produksi ayam ras tahun 2022 diperkirakan mencapai 4,07 juta ton. Sementara total kebutuhan nasional masih 3,19 juta ton. Maka tahun ini diperkirakan terjadi surplus produksi sebesar 883.000 ton.
Hal yang sama juga terjadi pada komoditas telur ayam ras di tahun 2022 yang diperkirakan mencapai 5,92 juta ton. Sementara total kebutuhannya mencapai 5,31 juta ton atau diperkirakan surplus 615.000 ton.