Jakarta, FORTUNE - Pemerintah terus memantau penyelesaian proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung (KJCB) yang hampir rampung. Saat ini progres pembangunan konstruksi telah mencapai sekitar 84 persen.
PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) dan PT Kereta Api Indonesia (KAI) menargetkan proyek pembangunan KCJB rampung pada Juni 2023. Proyek itu diharapkan secara komersial dapat beroperasi pada Juli 2023.
“Kereta ini diharapkan dapat meningkatkan daya saing bangsa kita,” ujar Menteri Perhubungan, Budi Karya, dalam keterangannya, Minggu (29/1).
Dia mengatakan pembangunan proyek infrastruktur transportasi publik seperti kereta cepat ini diperlukan untuk mengatasi berbagai permasalahan, salah satunya yaitu masalah kemacetan. Hal itu pun menimbulkan kerugian ekonomi hingga triliunan rupiah.
Jadi kereta cepat pertama di Asia Tenggara
Budi menjelaskan Indonesia menjadi negara Asia Tenggara pertama yang memiliki kereta cepat berkecepatan hingga 360 kilometer per jam. Ia juga mengatakan kereta cepat dibangun dengan teknologi yang tinggi sehingga dapat meningkatkan kemampuan dan menambah pengalaman SDM dalam bidang perkeretaapian.
“Pembangunan MRT, LRT, dan kereta cepat yang berteknologi tinggi dapat menjadi laboratorium bagi anak bangsa untuk belajar. Di negara Eropa, Jepang, dan lainnya sudah biasa membangun. Oleh karenanya, kita harus melakukan suatu hal yang baru, agar kita memiliki pengalaman dan bisa membangun infrastruktur transportasi publik dengan lebih baik lagi ke depannya,” ujarnya.
Pemerintah telah menggandeng dua perusahaan konsultan asal Inggris yaitu The Crossrail International dan PT Mott Macdonald Indonesia guna membantu operasional KCJB.
Saat ini pengerjaan proyek tersebut terus berlangsung, yang fokusnya track laying, sistem listrik aliran atas, dan penyiapan akses dan integrasi antar moda.
Gambaran tarif KCJB
Pusat Pengujian, Pengukuran, Pelatihan, Observasi, dan Layanan Rekayasa (POLAR) Universitas Indonesia yang digandeng oleh Kementerian Perhubungan untuk memberikan proyeksi sejumlah skema harga tiket.
POLAR UI melakukan survei terhadap 1.852 responden berusia 20–30 tahun, bekerja di BUMN atau perusahaan swasta dengan pendapatan Rp5 juta–10 juta per bulan, dan mengalokasikan pengeluaran untuk transportasi Rp500.000–Rp1 juta per bulan. Para responden yang dipilih juga memiliki latar pendidikan sarjana atau S1.
Direktur utama KCIC, Dwiyana Slamet Riyadi, dalam rapat dengan Komisi V DPR-RI, (8/12), memaparkan 91,25 persen responden bersedia membayar dengan detail tarif berikut:
- Halim–Karawang Rp150.000
- Halim–Padalarang Rp325.000
- Halim–Tegalluar Rp350.000
- Karawang–Padalarang Rp250.000
- Karawang–Tegalluar Rp250.000
Jarak tempuh kereta tersebut 142,3 kilometer dan akan melalui empat stasiun, yakni Halim, Karawang, Padalarang, dan Tegalluar. KCJB akan beroperasi dengan 68 rangkaian kereta per hari mulai pukul 5.30 hingga pukul 22.00 WIB.