Jakarta, FORTUNE - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, mengungkapkan perkembangan rencana pemerintah Indonesia untuk melakukan impor tambahan 60.000 ton lithium dari Australia demi mendukung upaya menjadi produsen baterai kendaraan listrik di dunia.
Lithium itu akan diproses di Morowali mulai 2024.
"Kemarin ke sana minta lagi [tambahan] 60.000 (ton) lagi, tapi [Australia] ikut partisipasi equity. Nanti teknologinya dari Cina," ungkap Luhut saat bincang Economic Update CNBC Indonesia, Senin (10/7).
Untuk tambahan kali ini, pemerintah meminta Australia turut terlibat dalam proyek hilirisasi produksi baterai kendaraan listrik dalam negeri.
Dengan tambahan tersebut, maka fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) yang akan dibandung merupakan milik Indonesia-Australia.
"Itu disetujui Perdana Menteri [Australia]," kata dia.
Akan melakukan kunjungan ke Indonesia
Luhut mengatakan Menteri Perindustrian Australia pada 24 Juli mendatang kemungkinan akan mengunjungi Indonesia untuk, antara lain, melihat progres kemajuan hilirisasi di sini.
"Saya bilang, kita ketemu langsung ke industrinya, kita ajak ke Weda Bay kemudian kita ajak juga melihat program yang lain. Mereka sangat antusias sekali untuk kerja sama," ujarnya.
Dia mengatakan progam hilirisasi baru langkah awal, tapi telah berdampak pada perekonomian nasional.
Luhut ajak untuk kompak sebagai bangsa
Luhut juga mendorong generasi muda mendukung hilirisasi dan berpartisipasi di dalamnya.
“Hilirisasi itu is a must. Enggak boleh ditawar-tawar, dan kita harus kompak,” kata Luhut.
Dia menyatakan hilirisasi yang telah berlangsung menyangkut komoditas nikel dan kelapa sawit, untuk menyebut dua di antaranya. Ke depan, dia mengatakan mungkin akan menargetkan hilirisasi pada sektor migas—misalnya untuk tidak lagi mengekspor gas.
“Kita bikin down streaming-nya. Kenapa kita mesti ekspor bahan-bahan ginian? Kita bikin aja sendiri di dalam negeri,” ujarnya.