Jakarta, FORTUNE - Aktivitas manufaktur Cina mengalami kontraksi selama lima bulan berturut-turut pada September. Hal ini menandakan pelemahan ekonomi lebih lanjut serta urgensi Stimulus yang responsif dari Beijing serta bank sentralnya.
Reuters melansir, Selasa (30/9), bahwa melambatnya manufaktur ini tecermin pada indeks PMI manufaktur Caixin/S&P Global China yang anjlok menjadi 49,3 pada September 2024, dari 50,4 pada bulan sebelumnya.
Skor tersebut meleset dari perkiraan analis dalam jajak pendapat Reuters, yang percaya diri dengan angka 50,5.
Dengan demikian, indeks PMI manufaktur dimaksud menjadi yang terendah sejak Juli tahun lalu.
Sebetulnya, pemerintah Cina telah meluncurkan stimulus agresif minggu lalu dengan menurunkan suku bunga dan menyuntikkan likuiditas ke dalam sistem perbankan. Itu dilakukan menyusul upaya Beijing untuk menarik kembali pertumbuhan ekonomi ke target tahun ini yang berkisar 5 persen.
Dalam pertemuan September 2024, yang difokuskan pada isu-isu ekonomi makro, para pemimpin tertinggi Cina mengakui perekonomian negara tersebut menghadapi "masalah baru" dan menyerukan kebijakan baru untuk lebih "kuat" merangsang pertumbuhan.
Meskipun produksi mengalami peningkatan 11 bulan berturut-turut pada September, pesanan baru turun signifikan dari kenaikan pada Agustus.
Subindeks pesanan baru adalah yang terendah dalam dua tahun.
Perlu percepatan dalam memberikan stimulus
Ekonom Senior Caixin Insight Group, Wang Zhe, mengatakan bahwa secara keseluruhan data ekonomi makro terkini tidak memenuhi ekspektasi pasar.
“Masalah permintaan domestik yang tidak memadai masih menjadi masalah utama, dengan tekanan signifikan terhadap lapangan kerja dan optimisme yang lemah membatasi kemauan dan kemampuan masyarakat untuk berbelanja,” ujarnya dikutip dari fxempire.com.
Menurut Wang, pemerintah Cina harus lebih cepat dalam menyusun kebijakannya, sebab kondisi sekarang menjadi semakin mendesak.
“Saat ini, ruang kebijakan relatif cukup memadai. Kebijakan fiskal dan moneter harus memainkan peran yang lebih besar dalam melindungi mata pencaharian masyarakat, meningkatkan pasar kerja, dan merangsang permintaan,” katanya.
Penerapan tarif AS turut menekan permintaan produk Cina
Meskipun ekspor menjadi titik terang bagi perekonomian, pesanan baru dari luar negeri megalami penurunan pada laju tercepat sejak Agustus tahun lalu. Pelaku industri Cina mengatakan bahwa penurunan permintaan luar negeri menyebabkan turunnya pesanan ekspor.
Amerika Serikat telah menerapkan kenaikan tarif yang tajam pada produk-produk Cina, termasuk kendaraan listrik (EV), dan Uni Eropa diperkirakan akan segera membuat keputusan akhir tentang potensi tarif EV.
Kepercayaan diri secara keseluruhan dipengaruhi oleh kekhawatiran atas prospek perdagangan global. Optimisme produsen merosot ke level terendah kedua sejak pengumpulan data dimulai pada April 2012.
Kepercayaan diri mencapai titik terendah pada Juni 2019 selama perdagangan Cina-AS di bawah pemerintahan Donald Trump, Amerika Serikat.