Nilai Tambah Manufaktur Indonesia Capai US$255 Miliar

Capaian ini mengalahkan negara Asean lainnya.

Nilai Tambah Manufaktur Indonesia Capai US$255 Miliar
Ilustrasi keamanan di industri manufaktur. (Pixabay/Trapezemike)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Fortune Recap

  • Nilai tambah manufaktur Indonesia mencapai US$255 miliar pada 2023, naik 36,4% dari tahun sebelumnya.
  • Indonesia berada pada posisi ke-12 top manufacturing countries by value added, jauh di atas negara Asean lainnya.
  • Kolaborasi dengan startup diharapkan dapat meningkatkan inovasi dan efisiensi industri manufaktur Indonesia.

Jakarta, FORTUNE - Kementerian Perindustrian (KeMenperin) menyatakan Nilai Tambah manufaktur atau manufacturing value added (MVA) Indonesia mencapai US$255 miliar pada 2023 atau meningkat 36,4 persen secara tahunan.

Pada tahun sebelumnya MVA Indonesia mencapai US$187 miliar.

Berdasarkan data Bank Dunia, Indonesia menduduki posisi ke-12 dalam daftar negara manufaktur terbesar berdasarkan nilai tambahnya. Di antara negara-negara sekawasan di Asia Tenggara seperti Thailand dan Vietnam, MVA Indonesia lebih superior.

Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, mengatakan kontribusi dari perusahaan-perusahaan rintisan akan menambah nilai tambah pada industri manufaktur domestik. Dia meminta para pelaku usaha dan akademisi agar memberikan kesempatan kepada anak-anak bangsa untuk berinovasi.

“Berkolaborasi dengan Startup bukan merupakan cost, melainkan investasi,” kata dia dalam keterangan resmi yang dikutip Jumat (19/7).

Dia meyakini kolaborasi di antara industri-industri besar dan startup dapat menciptakan sinergi yang menghasilkan inovasi dan efisiensi lebih tinggi.

Dalam hematnya, pertumbuhan jumlah startup di Indonesia merupakan salah satu faktor kunci yang mendukung peningkatan MVA. Hingga 11 Januari 2024, jumlah startup di Indonesia mencapai 2.566, menempati peringkat ke-6 terbesar di dunia berdasarkan laporan Startup Ranking.

Jumlah tersebut menunjukkan potensi besar Indonesia dalam hal inovasi dan pengembangan teknologi.

Jumlah usaha rintisan di Tanah Air itu berada di bawah Amerika Serikat (78.073), India (16.302), Inggris (7.079), Kanada (3.876), dan Australia (2.793).

Indonesia justru berada di atas Jerman (2.445), Prancis (1.650), Spanyol (1.492), dan Brasil (1.185).

Peran perusahaan rintisan dalam perekonomian

Kontribusi startup tidak hanya terbatas pada sektor teknologi, tetapi juga mencakup berbagai bidang seperti manufaktur, kesehatan, dan agrikultur. Inovasi yang dihasilkan oleh startup ini telah membantu meningkatkan efisiensi dan produktivitas pada berbagai sektor, termasuk manufaktur.

Dengan demikian, kehadiran startup berperan penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi digital dan meningkatkan nilai tambah industri, yang menurutnya "menghasilkan nilai ekonomi digital Indonesia yang mencapai US$82 miliar pada 2023, atau setara Rp1.266 triliun, dan diperkirakan akan mencapai US$109 miliar pada 2025,” kata Agus.

Nilai ekonomi digital yang terus meningkat ini mencerminkan peran penting teknologi dalam perekonomian modern ketika digitalisasi menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi.

Magazine

SEE MORE>
The Art of M&A
Edisi November 2024
Businessperson of the Year 2024
Edisi Oktober 2024
Turning Headwinds Into Tailwinds
Edisi September 2024
Indonesia's Biggest Companies
Edisi Agustus 2024
Human-AI Collaboration
Edisi Juli 2024
The Local Champions
Edisi Juni 2024
The Big Bet
Edisi Mei 2024
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024

Most Popular

Viral Pertamax Diduga Sebabkan Kerusakan Mesin, Pertamina Minta Maaf
Prabowo Ingin Memastikan Danantara Sesuai Aturan yang Berlaku
MR. DIY Indonesia IPO Desember, Harga Rp1.650–Rp1.870
Nike dan Adidas Kehilangan Dominasi di Sepatu Lari
Menteri Perindustrian RI Tolak Proposal Investasi Apple US$100 Juta
Harga Saham GoTo Group (GOTO) Hari Ini, 25 November 2024