Jakarta, FORTUNE - Asosiasi Gas Industri Indonesia (AGII) mengatakan Hidrogen hijau merupakan salah satu alternatif di tengah meningkatnya permintaan global atas energi yang lebih bersih dan berkelanjutan.
Ketua Umum AGII, Rachmat Harsono, dengan sumber daya alamnya yang melimpah, Indonesia memiliki posisi strategis untuk memimpin perubahan ini.
“Namun, kita juga menyadari bahwa tantangan dalam mewujudkan potensi tersebut tidaklah mudah. Diperlukan inovasi teknologi, investasi, serta kolaborasi erat antara pemerintah, industri, dan berbagai pemangku kepentingan lainnya,” kata dia dalam keterangan tertulis yang dikutip Rabu (11/9).
Oleh karena itu, AGII memiliki tanggung jawab besar untuk mendukung inisiatif pemanfaatan hidrogen hijau, baik dari sisi teknologi maupun keselamatan kerja.
“Kesadaran terhadap pentingnya keselamatan, baik dalam proses operasional maupun peralatan, merupakan langkah vital agar industri gas dapat berjalan dengan aman dan lancar, serta turut membantu dalam mendorong proses dekarbonisasi yang berkelanjutan,” kata Rachmat.
Rachmat mengemukakan pelatihan dan pengaplikasian standar keselamatan kerja sangat diperlukan. Salah satu langkah konkretnya adalah dengan meningkatkan standarisasi peralatan yang digunakan dalam industri gas, termasuk pemanfaatan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) untuk peralatan-peralatan penting seperti silinder gas.
“Hal ini tidak hanya memastikan bahwa peralatan yang digunakan memenuhi standar keselamatan yang tinggi, tetapi juga mendukung pertumbuhan industri manufaktur dalam negeri, yang pada akhirnya dapat memperkuat kemandirian industri kita,” ujarnya.
Selain aspek keselamatan, penyusunan peta jalan hidrogen yang komprehensif juga sangat penting untuk mendukung pengembangan hidrogen hijau di Indonesia.
“Roadmap ini diharapkan menjadi pedoman yang jelas dalam mendukung transisi energi nasional, sekaligus memacu pertumbuhan industri gas yang lebih berkelanjutan,” katanya.
Pemerintah minta pelaku industri ambil peluang
Sementara itu, Plt. Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT), Reni Yanita, memiliki keyakinan bahwa hidrogen bakal menggantikan penggunaan bahan bakar berbasis fosil.
Selain itu, hidrogen adalah penghubung rantai energi yang berkelanjutan dan bebas emisi dari awal hingga akhir. Munculnya hidrogen sebagai alternatif bahan bakar yang ramah lingkungan juga perlu diantisipasi sebagai peluang pengembangan untuk produsen gas industri ke depannya.
Namun, penggunaan hidrogen sebagai energi dalam skala besar perlu didukung dengan infrastruktur produksi, penyimpanan, dan transportasi ke pengguna akhir yang andal, aman, memadai, serta ekonomis.
“Oleh karena itu, industri harus bersiap untuk mengambil peluang ini dengan mempersiapkan penyediaan infrastruktur dan teknologi yang paling efisien dan sesuai dengan standar keamanan yang memadai untuk membangun ekosistem hidrogen di Indonesia” katanya.
Hidrogen sendiri merupakan unsur tertua, paling ringan, dan paling melimpah di alam semesta. Sebagai gas, hidrogen merupakan pembawa energi yang sangat ringan, dan saat dibakar, satu-satunya emisi yang dihasilkannya adalah uap air.
Hidrogen juga dapat digunakan dalam sel bahan bakar yang memancing reaksi secara kimia dengan oksigen untuk menghasilkan listrik, tanpa mengeluarkan polutan atau gas rumah kaca apa pun.
Satu-satunya produk sampingan dari reaksi kimia ini adalah air minum murni.
Namun, penggunaan utama hidrogen saat ini adalah sebagai bahan baku untuk industri.