Jakarta, FORTUNE - Presiden Direktur PT Samator Indo Gas Tbk (AGII), Rachmat Harsono, terpilih menjadi Ketua Umum Asosiasi Gas Industri Indonesia (AGII) periode 2024-2029.
Rachmat menggantikan posisi Phajar Hadywibowo yang sebelumnya menjabat pada periode 2018-2024. Penetapan Rachmat dilakukan melalui proses perembukan dari para anggota asosiasi di Bali, Rabu (8/5).
Dalam pernyataannya, Rachmat mengatakan AGII akan selalu menjalin kolaborasi erat dengan Kementerian Ketenagakerjaan dalam melakukan penyusunan dan sosialisasi regulasi Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No.37/2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bejana Tekanan dan Tangki Timbun.
Pihaknya memahami betapa pentingnya regulasi ini dalam mendukung keselamatan kerja yang maksimal pada semua sektor industri.
“[Kami] percaya bahwa setiap kecelakaan bisa dicegah, dan setiap pekerja berhak untuk kembali ke rumahnya dalam keadaan selamat,” kata dia lewat keterangannya, Jumat (10/5).
AGII turut mendukung rencana kerja pemerintah, yang salah satunya berkaitan dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). Harapannya, para penanam modal asing dapat terus mendukung Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), serta perusahaan dan industri lokal melalui kebijakan yang mendukung pengembangan kapasitas domestik dan integrasi ke dalam rantai pasok global.
Langkah ini, kata Rachmat, tidak hanya akan memperkuat perekonomian nasional, tapi juga menciptakan lapangan kerja yang lebih luas dan berkelanjutan.
“Kami percaya dengan kerja sama yang erat antara asosiasi, pemerintah, dan semua pihak terkait, kami dapat mencapai kemajuan yang signifikan untuk industri dan ekonomi kita,” ujarnya.
Kebutuhan gas industri akan terus meningkat
Sementara itu, Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, mengatakan produsen gas industri menjadi salah satu sektor pendukung vital bagi perkembangan industri manufaktur. Kapasitas produksi gas industri nasional saat ini, yang mencapai 2,5 juta ton per tahun, akan mampu mencukupi kebutuhan gas industri dalam negeri sebesar 1,4 juta ton per tahun.
“Asosiasi Gas Industri Indonesia sebagai wadah produsen gas industri di Indonesia yang menaungi kurang lebih 189 produsen gas industri, telah secara aktif menjalankan peran dengan sangat baik sejak tahun 1972,” ujarnya.
Agus menambahkan seiring dengan tumbuhnya aktivitas hilirisasi industri berbasis mineral, baik logam maupun non-logam dan pembukaan kawasan industri baru, kebutuhan gas industri seperti oksigen akan semakin meningkat pesat.
Kebutuhan gas oksigen itu disalurkan ke industri smelter, industri baja dan stainless steel, industri mineral (logam maupun non-logam), serta industri lainnya.
Oleh karena itu, dia mendorong seluruh industri yang tergabung dalam AGII untuk terus mengembangkan diri demi menghadapi tantangan ke depan, terutama dengan adanya tuntutan penyediaan sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan, sebagai bagian komitmen dekarbonisasi sektor industri.
“Ini menjadi peluang sekaligus tantangan yang wajib dihadapi dengan optimisme. Munculnya hidrogen sebagai alternatif bahan bakar yang ramah lingkungan perlu diantisipasi sebagai peluang pengembangan industri gas industri ke depan,” katanya.